|
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Hipertensi
atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan
di mana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu
120/80mmHg. Batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari
130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan
hipertensi (batasan tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun). Penyakit ini
disebut sebagai the silent killer karena penyakit mematikan ini sering
sekali tidak menunjukkan gejala atau tersembunyi. Di Belanda lebih dari satu
juta orang menderita tekanan darah tinggi tetapi yang mengherankan ialah lebih
dari separuhnya tidak mengetahui bahwa mereka adalah penderita tekanan darah
tinggi (Menurut World Health Organization (WHO), 1996).
Hipertensi
diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan
dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum, ibu dan
bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Proporsi penduduk Indonesia
umur 55 tahun ke atas pada tahun 1990 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada
tahun 2000 meningkat menjadi 9,37% dan diperkirakan tahun 2010 proporsi
tersebut akan meningkat menjadi 12%, serta UHH meningkat menjadi 65-70 tahun.
Secara demografi struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur
penduduk yang semakin menua (ageing population) yang akan berdampak pada
pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi) di masyarakat dari penyakit
infeksi ke penyakit degeneratif. (DepKes
RI, 2003).
1
|
Menjaga berat badan yang ideal adalah salah satu kunci
pangkal hipertensi hipertensi tapi jika sudah terlanjur mengalami hipertensi
dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan daarah diatolik >
mmHg mka kita harus mengatur pola makan
(Muhammadun, 2010).
Masalah terbesar dalam menghadapi penderita hipertensi adalah kepatuhan
pasien mengikuti nasihat yang diberikan oleh dokter, misalnya mengharuskan
disiplin pasien terhadap pantangan dalam makanannya, latihan olah raga yang
teratur, istirahat yang cukup dan tidak melupakan minum obat sesuai dengan
instruksi dokter. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan namun hanya dapat dikendalikan sehingga bagi seseorang yang telah
menderita penyakit hipertensi untuk dapat mengendalikan tekanan darah dalam
batas normal diperlukan kontrol yang rutin, diet rendah garam dan
anjuran-anjuran lainnya sesuai dengan resep dokter. Ini berarti penderita
hipertensi mau tidak mau harus meninggalkan gaya hidupnya yang lama dan
menyesuaikan diri dengan gaya hidup yang baru sesuai dengan nasihat dokter
untuk menjaga agar tekanan darahnya tetap normal (Hanata dkk, 2011).
Pola makan yang menyebabkan terjadinya penyakit
hipertensi karena pengkonsumsian makanan yang tidak sehat seperti jeroan,
keripikmasin, otak-otak, makanan dan minuman yang didalam kaleng (sarden,
kornet). Hal ini dikarenakan makanan diatas tidak sesuai dengan kalori yang
dibutuhkan dan mengandung banyak bahan pengawet (Muhammadun, 2010).
Gaya hidup dapat memicu terjadinya hipertensi. Ini
dikarenakan gaya hidup menggambarkan pola prilaku sehari-hari yang mengarah
pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial yang meliputi kebiasaan
tidur, mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, merokok atau bahkan minum-minuman
beralkohol (Lisnawati, 2011).
Di Amerika menurut National Health
and Nutrition Examination Survey (NHNES III) ; paling sedikit 30% pasien
hipertensi tidak menyadari kondisi mereka,dan hanya 31% pasien yang diobati
mencapai target tekanan darah yang diinginkan di bawah 140/90 mmHg. Di
Indonesia tingkat kesadaran dan kesadaran dan kesehatan yang lebih rendah
jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan tidak
memenuhi dan mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar. Healthy people 2010 for hypertertension mengajukan perlunya pendekatan
yang lebih konperhensif guna mencapai pengontrolan tekanan darah secara optimal (Hanata dkk, 2011).
Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus
meningkat. Di India, misalnya, jumlah penderita hipertensi mencapai
60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan 107,3 juta orang pada tahun
2025. Di Cina, 98,5 juta orang mengalami hipertensi dan bakal jadi 151,7 juta
orang pada tahun 2025. Di bagian lain di Asia, tercatat 38,4 juta penderita
hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksi akan menjadi 67,4 juta orang pada
tahun 2025. Di Indonesia,
mencapai 17-21% dari populasi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi (Muhammadun, 2010).
Menurut data yang diperoleh dari dinas kesehatan kota jambi
jumlah penderita hipertensi tahun 2008 sebanyak 21,797 orang, tahun 2009 di
dapatkan 16,354 penderita namun pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya sebanyak 41,647 penderita hipertensi (Profil
DINKES kota jambi).
Selanjutnya menurut data yang di peroleh dari dinas
kesehatan kota jambi melalui buku profil kesehatan kota jambi tahun 2010,
bidang pemberdayaan masyarakat diketahui bahwa jumlah penderita hipertensi di
puskesmas dalam kota jambi terus meningkat .(Profil DINKES kota jambi).
Berdasarkan
data dari Puskesmas Putri Ayu kota jambi bahwa penderita Hipertensi pada
tahun 2009 sebanyak 954 penderita
pada tahun 2010 sebanyak 832 penderita hipertensi, dan untuk tahun 2011 dari bulan april – juni sebanyak 339
penderita.(Laporan bulanan pkm Putri ayu kota jambi Tahun 2011).
Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Putri Ayu
Jambi terhadap 10 orang Penderita Hipertensi, diperoleh data 7 dari 10 klien
yang dijadikan sampel tidak patuh terhadap diet hipertensi responden mengatakan tidak
bisa membatasi makanan yang terlalu banyak mengandung garam disebabkan karena
klien merasa makanan hambar jika tidak diberi garam, dan responden masih
mengkonsumsi daging dalam jumlah besar.Pada aktifitas juga 8 dari 10 klien
tersebut tidak tahu bahwa aktivitas tertentu (olahraga) mampu menurunkan
tekanan darah, jadi klien hanya dirumah, takut melakukan hal-hal agak berat. ”Hubungan Pola Makan dan Gaya hidup
Terhadap Penderita Hipertensi Di Poliklinik Umum Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
Tahun 2011”.
B. Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan
masalahnya “Apakah Ada Hubungan Pola makan dan Gaya hidup Terhadap Penderita Hipertensi Di
Poliklinik Umum Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2011”
C. Tujuan
penelitian
1. Tujuan umum
Untuk
mengetahui hubungan pola makan dan gaya hidup terhadap Penderita Hipertensi Di
Poliklonik Umum Puskesmas Putri Ayu Jambi Tahun 2011.
2.Tujuan khusus
a.
Diketahuinya hubungan pola makan terhadap penderita hipertensi yang berobat di Poliklinik Umum Puskesmas
Putri Ayu Jambi Tahun 2011
b.
Diketahuinya hubungan gaya hidup terhadap penderita hipertensi yang berobat di Poliklinik Umum Puskesmas
Putri Ayu Jambi Tahun 2011
D. Manfaat
penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Sebagai
bahan informasi dan masukan bagi pengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan
upaya-upaya pencegahan terhadap penderita hipertensi berdasarkan pertimbagan,
perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan evaluasi.
2. Bagi Puskesmas Putri Ayu
Di harapkan menambah informasi dan masukan bagi petugas kesehatan khususnya di
puskesmas putri ayu kota jambi agar dapat meningkatkan
upaya pemulihan bagi penderita hipertensi.
3.
Bagi institusi pendidikan
Untuk menambah referensi perpustakaan dan wawasan mahasiswa telanai
bhakti kesehatan jambi jurusan keperawatan tentang hubungan pola makan dan gaya
hidup pada penderita hipertensi.
4. Bagi Penderita Hipertensi
Informasi bagi responden tentang kondisi saat ini dan sebagai upaya
pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi jika mengetahui bahwa
peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh banyak faktor
E. Ruang lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian
Analitik Kuantitatif dengan desain Cross
Sectional untuk mengetahui hubungan pola makan dan gaya hidup terhadap
penderita hipertensi di poli klinik umum Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2011. Pengolahan data
dengan menggunakan program komputerisasi. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan tehnik Accidental sampling (dilakukan dengan
mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat
sesuai dengan konteks penelitian). Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 2-10 November 2011 yang bertempat di Puskesmas
Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2011. sampel penelitian ini sebanyak 104 responden di
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2011.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tekanan Darah Tinggi
1)
Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan
tekanan darah diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti
hipertensi (Mansjoer, dkk 2001).
Hipertensi
didefinisikan oleh Joint National
Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood pressure
(JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan
sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal
tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai
primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai
akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki
(Doenges, 2000).
Masyarakat awam sering menyebut hipertensi dengan istilah
“bludrek”atau “budrek” yang sebenarnya berasal dari bahasa
Belanda “hoge bloeddruk”yang berarti tekanan darah. Hipertensi juga
dikenal dengan istilah ”the sillentkiller” atau dalam bahasa Indonesia
diartikan dengan pembunuh diam-diam karena tidak ditemukan tanda tanda
fisik yang menyertainya (Soen, 1994).
2)
Faktor penyebab hipertensi
Menurut
Sianturi (2003) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat
menyehubungkan darah tinggi merupakan
kondisi degeneratif yang disebabkan oleh diet beradab dan cara hidup yang
berbudaya. Faktor pemicu hipertensi dibedakan atas:
|
a.
Yang tidak dapat dikontrol, seperti keturunan, jenis
kelamin, umur.
b.
Yang dapat dikontrol, seperti kegemukan, kurang olahraga,
merokok, serta konsumsi garam dan konsumsi alkohol yang berlebih. Peningkatan
tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko, antara lain usia, jenis
kelamin, riwayat keluarga, obesitas, diet dan kebiasaan tidak sehat seperti
merokok, minum-minuman yang mengandung kafein dan alkohol
1)
Tidak dapat dikontrol
a)
keturunan
faktor keturunan
tidak lagi diragukan pengaruhnya terhadap timbulnya hipertensi hanya saja belum
dapat dipastikan apakah ini disebabkanoleh sepasang gen tunggal
atau oleh banyak gen. Bagi yang memiliki faktor resikoini seharusnya lebih
waspada dan lebih dini dalam melakukan upaya-upaya pencegahan. Contoh yang
paling sederhana adalah rutin memeriksakan darahnya minimal satu bulan sekali
disertai dengan menghindari faktor pencetus timbulnya hipertensi.
b)
Jenis kelamin
Berbagai
penelitian membuktikan jenis kelamin laki-laki lebih beresiko terkena
hipertensi dibandingkan perempuan
c)
Umur
Lansia merupakan
penyakit generatif yang biasanya menyerang usia 50 tahun keatas.
b.
Dapat dikontrol
a.
Gaya hidup juga berpengaruh terhadap kemunculan serangan
hipertensi. Kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti pola makan yang tidak
seimbang dengan kadar kolesterol yang tinggi, rokok dan alkohol, garam,
minimnya olah raga dan porsi istirahat sampai stres dapat berpengaruh terhadap
kemunculan hipertensi baik bagi seseorang yang belum maupun yang sudah terkena
tekanan darah tinggi.
b.
Pola makan yang salah, faktor makanan yang modern sebagai
penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dengan garam
dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan
darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang berlebihan.
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat digolongkan bahwa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi antara lain:
a.
Faktor fisiologis yang meliputi pola makan atau diet,
kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti rokok dan alkohol, faktor genetik
(keturunan), obesitas (kegemukan) dan berbagai macam penyakit,
b.
Faktor psikologis yang meliputi faktor stres dan
manajemen stres.
3)
Klasifikasi hipertensi
Menurut
Shanty (2011), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan mejadi dua
golongan antara lain:
a.
Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer
adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya namun ada beberapa faktor
yang diduga menyebabkan terjadinya hipertensi tersebut antara lain:
1)
Faktor keturunan, seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita
hipertensi,
2)
Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang mempengaruhi
timbulnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin dan ras,
3)
Kebiasan hidup, yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan, makan berlebih, stres,
merokok, minum alkohol, minum obat-obatan tertentu (misalnya ephedrine, prednisone,
epinefrine).
b.
Hipertensi Sekunder
Hipertensi
sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh beberapa penyakit antara lain:
1)
Penyakit parenkim ginjal,
2)
Penyakit rnovaskuler,
3)
Hiperaldeseronisme primer,
4)
Sindrom Crusig,
5)
Obat kontrasepsi dan
6)
Koarktasio aorta
4) Gejala hipertensi
Menurut Muhammadun (2010)
hipertensi tidak memberikan gejala atau simptom pada tingkat awal. Kebanyakan
orang menganggap bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, jantung
berdebar-debar dan telinga berdengung merupakan gejala dari hipertensi. Namun
tanda tersebut sebenarnya dapat terjadi pada tekanan darah normal bahkan sering
kali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda atau gejala
tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah
tinggi adalah dengan mengukur tekanan darahnya. Hipertensi yang sudah mencapai
taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung beberapa tahun dapat menyebabkan:
a.
Sakit kepala
b.
Nafas pendek
c.
Pandangan mata kabur
d.
Gangguan tidur
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pada tahap awal hipertensi tidak memberikan gejala yang pasti
namun yang sering dirasakan untuk mengindikasikan adanya hipertensi antara lain :
a. kepala pusing
b. jantung berdebar
c. telinga sering
berdengung
d. gangguan tidur
5) Komplikasi hipertensi
Menurut Shanty (2011),
hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit. Komplikasi
hipertensi diantaranya adalah stroke penyakit jantung, Tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke), Gagal ginjal,
Kelainan mata, Diabetes mellitus.
a. Penyakit
jantung
Darah tinggi dapat
menimbulkan penyakit jantung karena jantung harus memompa darah lebih kuat
untuk mengatasi tekanan yang harus dihadapi pada pemompaan jantung. Ada dua
kelainan yang dapat terjadi pada jantung yaitu:
1)
kelainan pembuluh darah jantung, yaitu timbulnya
penyempitan pembuluh darah jantung yang disebut dengan penyakit jantung
koroner.
2)
payah jantung, yaitu penyakit jantung yang diakibatkan
karena beban yang terlalu berat suatu waktu akan mengalami kepayahan sehingga
darah harus dipompakan oleh jantung terkumpul di paru-paru dan menimbulkan
sesak nafas yang hebat. Penyakit ini disebut dengan kelemahan jantung sisi kiri.
b.
Tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke)
Tersumbatnya
pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah otak dapat menyebabkan
terjadinya setengah lumpuh.
c.
Gagal ginjal
Kegagalan
yang ditimbulkan terhadap ginjal adalah tergangguanya pekerjaan pembuluh darah
yang terdiri dari berjuta-juta pembuluh darah halus. Bila terjadi kegagalan
ginjal tidak dapat mengeluarkan zat-zat yang harus dikeluarkan oleh tubuh
misalnya ureum.
d.
Kelainan mata
Darah
tinggi juga dapat menimbulkan kelainan pada mata berupa penyempitan pembuluh
darah mata atau berkumpulnya cairan di sekitar saraf mata. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan
penglihatan.
e.
Diabetes mellitus
Diabetes
melitus atau yang sering dikenal dengan penyakit kencing manis merupakan
gangguan pengolahan gula (glukosa) oleh tubuh karena kekurangan insulin.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komplikasi penyakit yang ditimbulkan
dari tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi antara
lain adalah penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, kelainan pada mata yang
dapat mengalibatkan kebutaan dan penyakit gula atau yang lebih dikenal dengan
diabetes melitus.
6)
Pencegahan hipertensi
Menurut
Muhammadun (2010), tujuan pengelolaan krisis hipertensi adalah menurunkan
tekanan darah secara cepat dan seaman mungkin untuk menyelamatkan jiwa
penderita. pengelolaan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan yaitu:
a.
Penatalaksanaan non-farmakologis atau perubahan gaya
hidup Penatalaksanaan non-farmakologis
berupa perubahan gaya hidup yang menghindari faktor resiko terhadap timbulnya
suatu penyakit seperti merokok, minum alkohol, konsumsi garam berlebihan, hiperlipidema,
obesitas
b.
Penatalaksanaan farmakologis atau dengan obat Pada
sebagian besar pasien pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat antihipertensi
kemudian jika tidak ada kemajuan secara perlahan dosisnya dinaikkan namun
disesuaikan juga dengan umur, kebutuhan dan hasil pengobatan. Obat
antihipertensi yang dipilih harus mempunyai efek penurunan tekanan darah selama
24 jam dengan dosis sekali sehat.
Berikut ini dipaparkan dalam tabel 2.2 klasifikasi dan
tindak lanjut pengukuran tekanan darah.
Tabel 2.1
Klasifikasi dan Tindak Lanjut Pengukuran Tekanan Darah
Kategori
|
Sistolik dalam mmHg
|
Diastolik dalam
mmHg
|
Tindak lanjut yang dianjurkan
|
Pilihan
|
<120 mmhg
|
<80 mmhg
|
Cek ulang dalam waktu 2 tahun
|
Normal
|
<130 mmhg
|
<85 mmhg
|
Cek dalam waktu 2 tahun
|
Normal tinggi
|
130-139 mmhg
|
85-90 mmhg
|
Cek ulang dalm waktu 1 tahun
|
Hipertensi
stadium I
|
140-159 mmhg
|
90-99 mmhg
|
Konfirmasi dalam waktu 2 bulan
|
Stadium II
|
160- 179 mmhg
|
100-109 mmhg
|
Evaluasi atau rujuk dalam waktu 1 bulan
|
Stadium III
|
>180 mmhg
|
>110 mmhg
|
Evaluasi atau rujuk dalam waktu 1 minggu
|
Sumber: Muhammadun (2010)
Sebagai
pengelompokan faktor resiko penyakit hipertensi berikut dengan pengobatannya
dalam tabel 3 berikut ini dipaparkan mengenai stratifikasi resiko dan
pengobatan hipertensi.
Ada beberapa langkah untuk mencegah hipertensi yaitu:
1.
Kurangi berat badan
2.
Hati hati dengan garam
3.
Jauh-jauh dari alkohol
4.
Perbanyak olah raga
5.
perbaiki pola makan
B. Pola Makan
1. Pengertian Pola Makan
Pola makan adalah cara bagaimana kita mengatur asupan
gizi yang seimbang serta yang di butuhkan oleh tubuh. Pola makan yang sehat dan
seimbang bukan hanya menjaga tubuh tetap bugar dan sehat tapi juga bisa
terhindar dari berbagai penyakit termasuk hipertensi, seperti diketahui orang
yang mengalami hipertensi terkadang memiliki gejala tertentu sehingga
hipertensi juga disebut ” sillent killer”
(Muhammadun ,2010).
Tujuan penatalaksanaan diet :
a.
membantu menurukan tekanan darah
b.
mempertahnkan tekann darah menuju normal
c.
menurunkan faktor resiko lain (berat badan berlebih,
tinggi kadarlemak kolesterol dan asam urat dalam darah)
d.
mencegah timbulnya
penyakit degenarafip lain (jantung, ginjal, diabetes melitus)
Prinsip diet pada penderita hipertensi
a.
makan beraneka macam dan gizi seimbang
b.
jenis dan komposisi makan di sesuaikan dengan penderita
c.
jumlah garam di batasi sesuai dengan kesehatan penderita
dan makanan daftar diet
d.
mengkonsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok
teh /hari atau lain dapat menggunakan
garam lain di luar natrium.
Makanan yang
harus di hindari dan di batasi yaitu :
a.
makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi ( otak, ginjal,
paru, minyak kelapa, dan gajih)
b.
makanan yang di olah dengan menggunakan garam natrium
(biskuit, creker, keripik dan makan kering dan asin)
c.
makanan dan minumam dalam kaleng (sardren, sosis, cornet,
sayuran serta buah dalm kaleng)
d.
makan yang diawetkan( dendeng, asinan, abon, pndang,
udang keripik kentang, telur asin, dan selai kacang)
e.
susu full crem, mentega, keju, mayones, serta sumber
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah ( sapi/ kambing) kuning
telur /kulit
f.
bumbu seperti kecap ,meji, terasi, saos tomat, saus
sambal, tauco, serta bumbu penyedap.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi :
a.
dengan memperbaiki rasa tawar dengan menambahkan gula
merah /putih, bawang merah/putih, jahe, kencur, atau bumbu lain yang tidak
mengandung garam, dan natrium.
b.
makanan dapat di tumis untuk menambah rasa
c.
membubuhi garam pada saat di meja makan dapat di lakukan
untuk an menghindari pengggunaan garam yang berlebih.
d.
meningkatkan pemasukan kalium
Berdasarkan uraian di atas untuk memperoleh pola makan
yang sehat dapat di lihat dari keriteria pola makan sehat yaitu: menu makanan
yang kita konsumsi harus sesuai dengan kalori yang di butuhkan,jenis makanan
yang di konsumsi yang tidak mengandung garam dan bahan pengawet dan juga dengan
jadwal makan yang teratur.
2. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Tabel
2.2
Daftar
bahan makanan untuk penderita Hipertensi
Bahan makanan
|
Dianjurkan
|
Tidak dianjurkan
|
Sumber karbohidrat
Sumber
protein hewani
Sumber
protein nabati
Sayuran
Buah-buahan
|
Beras,kentang,singkong,terigu,
Tapioca,hunkwe,gula,makanan
Yang
diolah dari bahan makanan tersebut di atas tanpa garam dapur dan soda,
Seperti:ma-karoni,mie,bihun,roti,biscuit,kue
kering.
Telur maksimal 1 butir sehari;
daging dan ikan maksimal 100 gram sehari;
Semua kacang-kacangan dan hasilnya
yang diolah dan dimasak tanpa garam dapur
Semua sayuran segar;sayuran yang
diawetkan tanpa garam dapur dan natrium benzoat.
Semua buah-buahan segar;yang diawet
tanpa garam dapur dan natriumbenzoate
|
Biskuit
dan kue-kue yang dimasak dengan garam dapur dan/atau baking powder dan soda.
Otak,ginjal,lidah,sarden,
Daging,ikan,susu dan telur yang
diawet dengan garam dapur seperti daging
asap,ham,bacem,dendeng,abon,keju,ikan asin,ikan kaleng,kornet,ebi,udang
kering dan telur asin.
Keju kacang tanah dan semua kacang
–kacangan dan hasilnya yang dimasak dengan garam dapur dan lain ikatan
natrium
Sayuran yang dimasak dan diawet
dengan garam dapur dan lain ikatan natrium,seperti sayuran dalam kaleng,sawi
asin,asinan dan acar
Buah-buahan yang diawetkan dengan
garam dapur dan lain ikatan natrium seperti buah dalam kaleng
|
- Diet bagi penderita hipertensi
Menurut Tahtan (2007), diet
yang dianjurkan bagi penderita hipertensi haruslah diet yang dapat menurunkan
atau sekurang-kurangnya mencegah agar tidak terjadi peningkatan tekanan darah.
Diet ini bertujuan untuk :
a)
mengurangi
asupan garam
b)
mengurangi
kadar lemak dalam tubuh sehingga didapat berat badan yang sehat
c)
mempertahankan
agar tetap berada pada berat badan yang sehat
Diet ini terdiri dari
makanan sehat yang terdiri dari beberapa jenis makanan yang mengandung berbagai
zat gizi yang diperlukan tubuh. Makanan yang dikonsumsi hendaknya mempunyai
syarat berikut :
1.
makanan
rendah garam
2.
makanan
rendah lemak, dan
3.
makanan
dengan jumlah kalori yang tidak berlebihan
Makan makanan yang sehat
tidak sama dengan mengurangi jumlah makanan dan rasa dari makanan tersebut.
Makanan yang sehat artinya makanan dengan kalori yang seimbang, rendah garam
dan rendah lemak.
Kalori yang dibutuhkan
orang Indonesia berkisar antara 1.500-2.000 kalori setiap hari. Hal ini
bervariasi tergantung dari aktivitasnya. Sementara itu diet dengan makanan yang
rendah garam dan renda lemak juga sangat bervariasi.
Berikut adalah contoh
sajian makanan menurut pola DASH (Dietary Approaches to Stop Hupertensi) menganjurkan makana kaya padi-padian,
buah-buahan, sayur-sayuran dan susu rendah lemak. Pola makanan ini membatasi
jumlah lemak dan memperbanyak adar kalium, kalsium dan magnesium. Selain itu,
diet ini megutamakan protein nabati berupa kacang-kacangan dan biji-bijian dari
pada protein hewani yang terdiri dari daging, ayam dan ikan. Pola makan DASH
terbukti menurunkan tekanan darah, yang diadaptasi dari national institute of
healt, the DASH diet, 2001.
a.
jenis
makanan padi-padian, umbi-umbian dan tepung-tepungan.
Jumlah sajian : 7-8 x perhari ini
artinya setiap hari kita dapat makanan jenis makanan ini sebanyak 7-8 sajian
Contoh sajian :
90 g sereal yang dimasak
30
g sereal siap saji
I lembar roti gandum
100 g nasi
b.
Jenis
makanan buah-buahan dan sayuran
Jumlah sajian : 8-9 x perhari
Contoh sajian :
180 jus buah murni
1 buah apel atau pisang ukuran sedang
(75g),
12 buah anggur
100 g papaya
2 buah jeruk (100g)
60 g sayuran hijau mentah
100 g sayuran dimasak
1 buah kentang ukuran
sedang
Susu dan produk susu
Jumlah sajian : 2 x 3
perhari
Contoh sajian : 200 ml susu rendah/
tanpa lemak atau 250 g yoghurt
45 g keju rendah/tanpa
lemak
500 g keju cootage
renda/tanpa lemak
200 ml susu kedelai
c.
Daging
sapi, ayam, dan ikan
Jumlah sajian : 2 atau kurang
Contoh sajian :
60-90 g daging ayam dimasak
tanpa kulit atau hidangan laut
atau daging sapi tanpa
lemak
d.
Sayur
kacang-kacangan, dan biji-bijian
Jumlah sajian: 4 atau 5 sajian
seminggu
Contoh sajian :
100 g rebusan sayur kacang-kacangan
seperti buncis atau kacang panjang
30 g biji-bijian seperti
kacang hijau
20 g kacang-kacangan seperti kacang
tanah, kacang merah atau kacang tolo
100 g tahu, 50 g/2 potong
sedang tempe
C. Gaya Hidup
1. Pengertian Gaya Hidup
Gaya
hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam
aktifitas, minat dan opininya. Gaya
hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungannya (Sakinah, 2002).
Menurut
Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang
mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam
keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian
berat badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga secara
teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.
Gaya hidup yang
dapat memicu terjadinya hipertensi antara lain (Muhammadun, 2010)
a. Makan
dengan menu tidak seimbang (appropriate diet), mencakup pola makan
sehari-hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan tubuh baik
menurut jumlahnya (kuantitas) maupun jenisnya (kualitas) kebiasaan menkonsumsi
garam dan makanan berlemak dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi.
b. Tidak
melakukan Olah raga yang teratur, mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas
dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. Kedua aspek ini
tergantung dari usia dan status kesehatan yang bersangkutan.
c.
Merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol atau menggunakan narkoba.
d.
Istirahat yang tidak cukup, yang mengakibatkan gangguan fisik dan mental.
Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan
kesehatannya.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup
Sarafino
(1994) mengemukakan pendapat bahwa ada beberapa faktor umum dari kesehatan yang
berkaitan dengan perilaku antara lain:
a. Faktor
pembelajaran
Proses
belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku
(pengetahuan, kecakapan, ketrampilan dan nilai-nilai) dengan aktifitas kejiwaan
sendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar
apabila di dalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari
yang tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Dalam
proses belajar itu sendiri tidak lepas dari latihan 13 atau sama halnya dengan
pembiasaan yang merupakan penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang ada dengan
mengulang-ulang aktifitas tertentu. Baik latihan maupun pembiasaan terutama
terjadi dalam taraf biologis tetapi apabila selanjutnya berkembang dalam taraf
psikis maka kedua gejala itu akan menjadi proses kesadaran sebagai proses
ketidak sadaran yang bersifat biologis yang disebut proses otomatisme sehingga
proses tersebut menghasilkan tindakan
yang tanpa disadari, cepat dan tepat.
b.
Faktor sosial dan emosi
Menurut
Taylor (1995) perilaku sehat sangat efektif bila didukung oleh situasi sosial
yang baik. Keluarga, teman dekat, teman kerja dan lingkungan sekitar merupakan
komponen penting dari terbentuknya kebiasaan sehat. Bila lingkungan mendukung
kebiasaan sehat dan mengerti tentang hakekat kesehatan maka tidak sulit bagi
penderita sakit untuk melakukan terapi kesehatan. Begitu pula sebaliknya
perilaku sehat sulit terwujud ketika lingkungan tidak mendukung, sehingga dapat
diketahui bahwa faktor sosial dapat berfungsi sebagai terbentuknya perilaku
sehat dan tidak sehat. Selain faktor sosial, faktor emosi juga dapat berperan
dalam terbentuknya perilaku sehat. Ketika seseorang mengalami tekanan jiwa atau
permasalahan yang rumit ada diantara mereka yang melampiaskan dengan kegiatan
positif namun bahkan ada pula yang melakukan kegiatan yang dapat menambah buruk
keadaan.
c.
Faktor persepsi dan kogitif
Sarafino
(1994) menyebutkan bahwa faktor kognitif memerankan peranan penting dalam
perilaku sehat seseorang. Seseorang diikutsertakan untuk aktif mengetahui
dengan pasti mengenai perilaku sehat yang mereka lakukan dan mengerti cara
mengatasi problematika yang mungkin timbul sehingga mereka tahu apakah perilaku
tersebut baik atau buruk.
Sebagian
orang sadar bahwa sehat itu penting hanya di saat mereka sakit. Oleh karenanya
banyak di antara mereka melakukan perubahan kegiatan sehari-hari dengan
menghindari merokok, makan berlebih dan mulai memperlihatkan kandungan gizi
makanan hanya ketika mereka telah mendapatkan sakit dan ingin segera sembuh
dari sakitnya tersebut. Menurut Levy (1984) perilaku sehat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu:
1. Faktor
sosial, tercapainya peran sebagai teman, tetangga dan warga negara serta bisa
berhubungan secara hangat bersamanya.
2. Faktor
emosi, adalah faktor yang datang dari dalam diri individu. Hal penting dari
kesehatan emosi adalah kemampuan individu untuk memahami emosinya dan
mengetahui cara penyelesaian bila masalah timbul, mampu mengatur situasi stres
dan bisa melakukan aktifitas sehari-hari dengan menyenangkan.
3. Faktor
pemenuhan kebutuhan tubuh, adalah terpenuhinya kebutuhan dasar tubuh sesuai
kebutuhannya. Mengetahui kapan tubuh memerlukan istirahat, makan, bermain dan
lain sebagainya.
4. Faktor
spiritual, adalah faktor keyakinan dalam diri individu tentang kesehatan.
Banyak orang percaya bahwa sehat juga dipengaruhi oleh perasaan dan pikiran
yang ada di benaknya.
5.
Promosi gaya hidup sehat, merupakan pengarahan yang memperkenalkan gaya hidup sehat. Perilaku atau gaya hidup sehat
tersebut meliputi: makan yang bergizi dan sesuai kebutuhan, tidur cukup,
menghindari minuman alkohol dan rokok, berat badan normal serta latihan jasmani
secara teratur. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup antara lain: faktor pembelajaran,
faktor sosial dan emosi, faktor persepsi dan kognitif, faktor pemenuhan
kebutuhan tubuh, faktor spiritual serta adanya promosi gaya hidup sehat.
3.
Aspek-aspek yang berkaitan dengan gaya hidup
Menurut
Levy (1994) komponen atau aspek-aspek dari gaya hidup sehat antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Gerak
badan, adalah suatu keharusan untuk melatih otot-otot agar tidak kaku dan
menjaga stamina tubuh, karena apa yang tidak digunakan tubuh akan tidak berguna
dan hilang. Olahraga secara teratur 3 kali dalam satu minggu tidak harus yang
berat atau mahal tetapi secara rutin akan lebih baik
b.
Istirahat dan tidur, berguna untuk melemaskan otot-otot setelah beraktifitas dan
juga untuk menenangkan pikiran. Tidur
yang cukup di malam hari 8 jam akan memulihkan kelelahan sepanjang hari dan
siap untuk bekerja esok hari.
c.
Mengkonsumsi makanan bergizi, adalah makanan dengan mutu terbaik dan jumlah
minimum serta dimakan dalam waktu yang tepat.
d. Air putih, adalah yang tidak berwarna, tidak
berbau dan bebas digunakan untuk pemakaian dalam dan luar.
e. Udara,
dengan menghirup udara segar sangat membantu bagi proses kesehatan yaitu dengan
menghirup dalam-dalam dan melepaskannya pelan-pelan baik malam dan siang.
f. Sinar matahari, sinar matahari sebagai
sumber kehidupan akan bermanfaat bila digunakan sebaik-baiknya. Terlalu banyak
terkena sinar matahari akan mengakibatkan kangker kulit dan terlalu sedikitpun
juga tidak baik bagi kesehatan tubuh.
g.
Menjaga keseimbangan, tidak menggunakan atau mengkonsumsi sesuatu secara
berlebihan.
h. Menghindari rokok dan minuman keras
merupakan upaya penting untuk terhindar dari penyakit. Telah terbukti bahwa
kebiasaan ini mengakibatkan
berbagai penyakit
berat yang mengakibatkan kematian, belum lagi kerugian finansial yang harus
ditanggung karena tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan untuk bisa
mengkonsumsi kedua jenis pemuas itu. Bila hal itu sudah menjadi kebiasaan akan
sulit untuk melepaskan kebiasaan buruk tersebut.
i.
Ketenangan pikiran dan emosi, setiap manusia memiliki
masalah yang harus dihadapi dan
diselesaikan. Setiap masalah akan terselesaikan dengan baik apabila dihadapi
dengan pikiran tenang dan emosi yang terkendali. Emosi atau Stress merupakan
pengalaman emosional negatif yang berhubungan dengan perubahan biologi yang
membiarkan anda beradaptasi dengannya, dalam merespon stress kelenjar adrenal
anda memompa keluar hormon stress yang mempercepat tubuh anda,denyut jantung
anda meningkat dan kadar gula darah anda juga meningkat sehingga glukosa dapat
dialihkan ke otot-otot anda dalam arti anda harus memakainya ini dikenal
sebagai respon fight atau flight.
j.
Percaya pada kuasa Ilahi, dapat meningkatkan tekat untuk
selalu berbuat yang positif dan terbaik.
Berdasarkan pembagiannya stress memiliki dua gejala, yaitu gejala fisik dan psikis:
a. Gejala stress
Secara fisik dapat berupa:
1.
jantung
berdebar
2.
nafas
cepat
3.
mulut
kering
4.
lutut
gemetar
5.
suara menjadi serak
6.
perut melilit
7.
nyeri kepala seperti diikat
8.
berkeringat banyak
9.
tangan lembab
10.
letih yang tak beralasan
11.
merasa gerah
12.
Panas
13.
otot
tegang
b. Gejala psikis
Keadaan
stress dapat membuat orang yang mengalaminya merasa adapun gejala-gejala nya
sebagai berikut :
1.
seperti cemas
2.
resah
3.
gelisah
4.
sedih
5.
depresi
7.
curiga
8.
fobia
9.
bingung
10.
salah paham
11.
agresi
12.
labil
13.
jengkel
14.
lekas panik
Hal ini
juga didukung oleh Guang (2003), gaya hidup sehat diungkapkan hanya dengan
empat kalimat yaitu makan yang pantas, berolah raga dengan takaran yang pas,
berhenti merokok dan menghindari alkohol, mental batin tenang serta menjaga
keseimbangan. Makanan tidak hanya dilihat dari kadar gizinya tetapi juga
takarannya. Guang berpendapat bahwa untuk mengetahui takaran yang pasti setiap
orang adalah 70% sampai 80% kenyang. Ini berarti bahwa proses makan berhenti
ketika perut masih dalam keadaan lapar. Selain itu Notoatmojo (2005) juga
menyebutkan beberapa aspek dari perilaku sehat (healthy behavior) antara lain:
1.
Makan dengan menu seimbang (appropriate diet),
mencakup pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi
kebutuhan tubuh baik menurut jumlahnya (kuantitas) maupun jenisnya (kualitas).
2.
Olah raga teratur, mencakup kualitas (gerakan) dan
kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. Kedua
aspek ini tergantung dari usia dan status kesehatan yang bersangkutan.
3.
Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol serta tidak
menggunakan narkoba.
4.
Istirahat yang cukup, berguna untuk menjaga kesehatan
fisik dan mental. Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk
mempertahankan kesehatannya.
5.
Pengendalian atau manajemen stres, stres tidak dapat
dihindari oleh siapapun namun hanya dapat dilakukan adalah mengatasi,
mengendalikan atau mengelola stres tersebut agar tidak mengakibatkan gangguan
kesehatan baik. kesehatan fisik maupun kesehatan mental (rohani).
6.
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif untuk
kesehatan, mencakup keseluruhan tindakan
atau perilaku seseorang agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit dan
masalah kesehatan termasuk perilaku untuk meningkatkan kesehatan misalnya tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks serta penyesuaian diri dengan
lingkungan yang baik.
Berdasarkan
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek gaya hidup sehat atau
perilaku sehat terdiri dari serangkaian aktifitas dan sarana yaitu makanan
dengan gizi seimbang, istirahat yang cukup, olah raga maupun gerak fisik secara
rutin, menghindari kebiasaan tidak sehat seperti merokok, minum-minuman keras,
penggunaan narkoba dan tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, kesehatan psikis serta
aspek pendukung berupa air bersih, udara segar dan sinar matahari.
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori
|
|||
|
Keterangan : (*)
Variabel yang di teliti
Sumber : Sianturi (2003)
E. Kerangka konsep
Berdasarkan
kerangka teori di atas maka kerangka konsep penelitian ini di sebabkan beberapa
faktor namun tidak semua faktor yang diteliti karena keterbatasan waktu, biaya,
dan kemampuan penelitian. Adapun faktor yang di teliti antara lain faktor pola
makan dan gaya hidup terhadap penderita
hipertensi di puskesmas Putri Ayu Jambi. Berdasarkan kerangka teori tersebut
untuk memudahkan pemahaman penelitian maka penulis menuliskan dalam bentuk
kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Bagan 2.2
Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependen
F. Landasan teori
Berdasarkan kerangka di atas, peneliti ingin melakukan
penelitian untuk mengetahui hubungan pola makan dan gaya hidup terhadap penderita
hipertensi.
G. Hipotesis
a.
Ada hubungan pola makan dengan penderita Hipertensi di
Poliklinik Umum puskesmas Putri Ayu kota jambi tahun 2011.
b.
Ada hubungan gaya hidup dengan penderita Hipertensi di
Poliklinik Umum puskesmas Putri Ayu kota jambi tahun 2011.
|
METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan Rancangan penelitan
Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik
kuantitatif dengan pendekatan ”cross sectional” dimana data yang
menyangkut variabel independen dan variabel dependen di kumpulkan dalam waktu
yang bersamaan (Notoadmojo,2005)
B.
Subjek penelitian
1. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini di laksanakan di polik linik umum
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2011 di rencanakan pada bulan 2-10
November 2011
2. Batasan populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita yang berkunjung ke Poli Umum
dengan diagnosa hipertensi dari
pengambilan data di gambarkan pada kunjungan bulan april sampai juni 2011 (tiga
bulan terakhir) dengan jumlah kunjungan 339 orang.
3. Besar sampel
Diperkirakan sampel yang akan diambil dengan menggunakan
rumus (lamenshowb dkk, 1997).
Proporsi = Jumlah
hipertensi 3 bulan terakhir
Seluruh kasus selama 3 bulan terakhir
Proporsi = 339
= = 0,07039
4816
31
|
Keterangan :
n = besar sampel
P = proporsi
q = 1-p (proporsi yang bukan penderita
hipertensi)
d² = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang di inginkan
(0,05)
q = 1-p
|
= 1- 0,07039
= 0,92961
n= 4.p.q
d²
|
=
= 104,6
= 104
4. Cara pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel adalah dengan Accidental
sampling yaitu dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.
Di mana sebagian populasi yang mewakili di ambil menjadi sampel di mana setiap
anggota populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk di ambil sebagai
sampel (notoadmojo,2010:120).
Kriteria sampel di tentukan terlebih dahulu
.selanjutnya sampel yang sesuai di pilih menjadi sampel penelitian. Kriteria
yang di tentukan untuk subyek penelitian adalah ;
- pasien yang datang berobat di poli umum.
- klien yang didiagnosa hipertensi,
- dapat mengerti bahasa indonesia dan mampu baca dan
tulis,
- bersedia menjadi responden
C.
Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian tentang hubungan
pola makan dan gaya hidup terhadap peningkatan takanan darah pada penderita
hipertensi, yang menjadi Variabel Independent adalah variabel
bebas atau variabel yang bisa mempengaruhi, sedangkan variabel dependent adalah
variabel terikat atau yang bisa terpengaruh. Variabel Independent yaitu pola
makan dan gaya hidup, sedangkan pada Variabel Dependent yaitu peningkatan
tekanan darah.
D.
Defenisi Operasional
Variabel penelitian
|
Defenisi operasional
|
Cara ukur
|
Alat ukur
|
Skala ukur
|
Hasil ukur
|
Hipertensi
|
Kondisi di mana
tekanan darah seseorang melebihi batas normal >120 MmHg, sistole 120 dan diastol 80 MmHg menurut
diagnosa dokter
|
Wawancara
|
Tensimeter
Stetoskop
|
Odinal
|
Hipertensi primer
1. Ringan 140/90 -159/89 mmhg
0.
Sedang 160/100 –179/109 mmhg
Muhammadun, (2010)
|
Gaya hidup
|
Gaya hidup
adalah pola hidup responden yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya meliputi kebiasaan
tidur, makanan, tidak merokok, minuman beralkohol, olahraga dan mampu
mengeluh stress.
|
Wawancara
|
Kuesioner
|
Ordinal
|
1 :gaya hidup sehat, jika jawaban >
median = 5
0 :gaya hidup tidak sehat, jika jawaban < median
= 5
|
Pola makan
|
Pola makan
adalah cara, dan bagai mana kita mengatur asupan makanan yang sehat dan tidak
sehat.
|
Wawancara
|
Kuesioner
|
Ordinal
|
1 : pola
makan sehat, jika jawaban ≥ median = 5
0 : pola
makan tidak sehat, jika jawaban < = 5
|
E.
Instrumen Penelitian
Instrumen
yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan pengukuran tensimeter. Kuesioner
digunakan dengan pertanyaan terstruktur untuk melihat tentang pola makan dan
gaya hidup terhadap penyakit hipertensi yang dilihat berdasarkan wawancara
dengan kuesioner. Kuesiner penelitian ini telah dilakukan uji validitas dan
reability, dengan 10 responden yang menderita hipertensi diluar wilayah kerja
Puskesmas Putri Ayu. Hasil di variabel pola makan dikatakan valid jika R hitung (0.7003– 0.7814) < dari R
tabel dan dikatakan reability jika alpa (0.9311) < R tabel. Di variabel gaya
hidup dikatakan valid jika R hitung (0.6040 – 0.7791) < dari R tabel dan
dikatakan reability jika alpa (0.9234) < R tabel. Untuk mempermudah analisis
diberikan nilai atau skor pada setiap jawaban untuk variabel independen dan
dependen.
F.
Pengumpulan Data
a.
Data Primer
Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara kepada klien dengan diagnosa hipertensi dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat ukur. Dan hasil wawancara langsung di catat
dalam kuesioner.
b.
Data Sekunder
Pengumpulan
data sebagai data penunjang atau pelengkap yang di ambil dari dinas kesehatan
dan data kunjungan rawat jalan di poliklinik umum di Puskesmas Rawatan Putri
Ayu Jambi Tahun 2011
G.
Pengolahan Data
Setelah data yang di perlukan terkumpul, maka selanjutnya data
tersebut di olah dengan tahapan sebagai
berikut:
a.
Editing
Data yang
terkumpul diperiksa dan di susun urutannya serta di lihat apakah ada kesamaan
dalam pengisian dan bagaimana kosistensi jawabannya
b.
Coding
Melakukan
pengkodean sesuai dengan alternatif jawaban yang ada untuk memudahkan entri
data, untuk variabel tekanan darah peneliti memberi kode1 tidak beresiko
hipertensi,
dan kode 0 beresiko hipertensi. Untuk
variabel gaya hidup,1 : gaya hidup sehat jika jawaban ≥ median dan 0 gaya hidup tidak sehat jika jawaban < median. Dan
untuk variabel pola makan sehat 1 : jika jawaban ≥ mean/median, 0 : pola makan tidak sehat jika jawaban < mean/median.
c.
Scoring
Skor untuk
pertanyaan no 7, jika responden menjawab lebih dari 3 jawaban, maka responden
dikatakan mengalami stress, dan jika responden menjawab kurang dari 3 jawaban
maka responden dikatakan tidak mengalami stress.
d.
Entri data
Memasukan
data data yang telah dilakukan pengkodean dengan menggunakan komputer pada
program data.
e.
Cleaning
Setelah
data masuk. Maka selanjutnya dilakukan pengecekan data yang masuk sudah benar
atau salah dengan cara melibatkan variasi data dalam bentuk distribusi
frekuensi melihat konsistensi data antara variabel dengan croos table
(table silang)
H.
Cara Analisa Data
Setelah data di
olah menjadi suatu data yang di harapkan (tepat dan konsisten) selanjutnya di
lakukan analisa untuk menjawab pertanyaan peneliti.
a.
Analisa
univariat
Analisa univariat dilakukan untuk menggambarkan
distribusi frekuensi variabel independent dan variabel dependen.
Rumus yang di gunakan
P= ____F____ x
100 %
N
Ket
: P= Persentase
F= Frekuensi
N = Jumlah Respon
b.
Analisa
bivariat
Analisa bivariat dilakukan
untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan variabel dependent
Uji
statistik yang digunakan adalah uji X2 (uji chi- square). Uji ini
bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan proporsi yang bermakna
antara distribusi frekuensi yang di amati dengan di harapkan dengan derajat
kemaknaan 0,05.
Bila
P-Value ,< 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna (Ho di tolak) sedangkan
P-Value > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna (Ho diterima).
I.
Jalannya
Penelitian
Penelitian ini di lakukan dengan
survey awal pada saat pengambilan data di lakukan di poliklinik umum puskesmas
Putri Ayu Kota Jambi, penelitian ini di mulai sejak bulan april 2011 setelah
judul di temukan, peneliti mencari data primer dari puskesmas putri ayu kota jambi. Setelah
itu peneliti mulai melakukan pebuatan proposal bab demi bab dengan dibantu oleh
pembimbing I dan pembimbing II dalam menyelesaikan proposal ini. Dalam
penelitian ini si peneliti melakukan wawancara kepada responden dengan
menggunakan kuesioner di
poliklinik umum puskesmas Putri Ayu Kota Jambi yang berjumlah
104 responden dengan tehnik Accidental sampling yaitu dilakukan dengan
mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat
sesuai dengan konteks penelitian. Setelah data terkumpul, data diolah dengan
menggunakan komputer. Data dianalisa dengan menggunakan analisa univariat dan
disajikan dalam tabulasi.
untuk referensinya
BalasHapusbagaimana?
daftar pustakanya ada gak gan?
BalasHapus