ACC
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pola gaya hidup seseorang, mempunyai peranan yang sangat penting dalam terjadinya penyakit
hipertensi. Faktor ketidakseimbangan makanan, baik kualitas maupun kuantitasnya
akibat gaya hidup seseorang merupakan faktor terjadinya resiko penyakit
degeneratif termasuk hipertensi. Pola konsumsi yang salah seperti banyak makan
dengan pemilihan menu makan yang banyak mengandung lemak, kolesterol hal itu
merupakan kebiasaan yang buruk dilakukan di rumah, restoran, pertemuan-pertemuan,
maupun di pesta. Perilaku demikian dapat berakibat terjadinya penumpukan lemak
dan kolesterol tubuh yang merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi
(Nurochmah, 2001).
Pola makan rendah
kolesterol dan lemak terbatas, dilakukan dengan meningkatkan asupan makanan
nabati. Dengan demikian, asupan protein nabati meningkat sehingga menurunkan
kadar kolesterol berlebihan. Kolesterol merupakan lemak seperti lilin dan
berwarna kekuningan. Kadar kolesterol dalam darah dipengaruhi oleh asupan makanan
dan sebagian besar hasil sintesa hati. Apabila jumlahnya normal, kolesterol
sebenarnya bermanfaat memperlancar metabolisme tubuh seperti bahan pembentuk
dinding sel, pembentukan hormon, pembungkus jaringan saraf, garam empedu,
membuat vitamin D, dan juga membantu perkembangan otak pada anak-anak. Namun
bila jumlah berlebihan, kolesterol justru membahayakan tubuh karena memicu
timbulnya penyakit (Sutomo, 2009)
Agar kolesterol tidak
memicu penyakit, kadarnya harus dikendalikan yaitu dengan mengatur pola makan.
Perbanyak konsumsi makanan rendah kolesterol, serta batasi konsumsi lemak.
Caranya yaitu dengan meningkatkan asupan makanan nabati dan mengganti lemak berbahaya dengan lemak sehat. Pola
tersebut dapat dilakukan dengan merencanakan setiap makanan yang akan anda
makan selama tujuh hari berikutnya untuk diet hipertensi. Dengan membuat
rencana program makan untuk menurunkan level kolesterol dan berat badan anda,
anda juga dapat mengurangi resiko sakit jantung (Sutaryo, 2011).
Diet hipertensi ini
dapat juga dilakukan dengan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh dengan
menggunakan ukuran sekitar satu sendok teh garam per hari dan memperbanyak
konsumsi serat karena serat dapat memperlancar buang air besar dan mengurangi
asupan natrium. Diet ini juga dilakukan dengan menghentikan
kebiasaan buruk seperti minum minuman alkohol dan kopi yang dapat memacu detak jantung. Selain
itu, memperbanyak asupan kalium karena kalium dapat membantu mengatasi
kelebihan natrium pada penderita hipertensi terutama pada
lanjut usia (Yekti, 2011).
Masa lanjut usia sering dikatakan identik dengan menurunnya
kemampuan-kemampuan manusia, seperti kognitif, fungsi-fungsi inderawi,
kehidupan yang tidak bahagia dan berarti, serta meningkatnya keluhan-keluhan
dan penyakit-penyakit fisik maupun mental. Sebagian lansia pun mengalami
keputusasaan dalam menjalani masa tuanya. Selain itu, faktor-faktor eksternal
berupa perubahan-perubahan pada tingkat demografi, lingkungan dan sosial pun
dapat menempatkan lansia pada posisi yang sulit. Keluarga, sebagai bagian dari
suatu komunitas masyarakat, merupakan lingkaran spesial terdekat dan merupakan
sumber utama dari dukungan sosial yang dimiliki lansia. Walaupun demikian, bagi
anak yang harus menjaga dan mengurus orang tua yang sudah lansia tidaklah mudah,
dan sering kali menimbulkan kecemasan dan tekanan. Ada dua sumber tekanan bagi
keluarga yang harus mengurus lansia. Pertama, kesulitan menghadapi kenyataan
menurunnya kemampuan orang tua, terutama bila melibatkan penurunan kemampuan
kognitifnya. Bila keluarga tidak memahami penyebab-penyebab, ketidaktahuan ini
akan menimbulkan kecemasan, ambivalensi, serta sikap antagonis terhadap orang
tua yang sudah lansia. Kedua, bila situasi membuat lansia merasa terkungkung,
atau sampai menganggu peran serta tanggung jawab anak (misalnya sebagai
istri/suami, orang tua, karyawan), maka akan menimbulkan perasaan marah dan
rasa bersalah, di samping kecemasan dan depresi, baik bagi lansia itu sendiri
maupun anak atau keluarga yang mengurusnya (Tatiana, 2009)
Peran keluarga dalam mendukung kehidupan para lansia antara lain belajar
memahami dan mencari tahu masalah fisik dan mental yang dihadapi atau dialami
lansia melalui berbagai macam media informasi maupun dari para ahli. Bagaimana
interaksi antara lansia dan anak-anaknya yang sudah dewasa sangat ditentukan
oleh kualitas hubungan mereka di masa lalu. Untuk menghindari timbulnya atau
mengatasi konflik berkaitan dengan pengasuhan orang tua lansia, semua anggota
keluarga seyogyanya berupaya untuk menjalin komunikasi secara terbuka dan jujur
(kalyana, 2010).
Di
negara berkembang, salah satunya Negara Indonesia walaupun penyakit hipertensi
merupakan penyakit yang dikenal luas dikalangan masyarakat umum, namun kurang
dipahami, dan penderita cenderung mengabaikan faktor resiko yang ditimbulkan. Penyakit hipertensi seringkali tidak mempunyai
tanda atau gejala atau sering juga disebut “silent killer” atau penyakit yang
membunuh secara diam-diam atau terselubung. Masyarakat tidak menyadari kalau
mereka menderita hipertensi sampai terjadi gangguan pada jantung (Susalit,
2001).
Data Joint National
Committee on Prevention detection, Evaluation, and Treatment on High Blood
Pressure 7 (JNC 7) mengungkap, penderita hipertensi di seluruh dunia
mendekati angka 1 miliar. Artinya, 1 dari 4 orang dewasa menderita tekanan
darah tinggi. Lebih dari separuh atau sekitar 600 juta penderita, tersebar di
Negara berkembang, termasuk Negara Indonesia. Angka ini menunjukkan, hipertensi
bukan hanya masalah Negara-negara maju. Banyaknya penderita hipertensi diperkirakan sebesar 15
juta bangsa Indonesia tetapi hanya 4% yang controlled
hypertension. Yang dimaksud dengan hipertensi terekendali adalah mereka
yang menderita hipertensi dan tahu bahwa mereka menderita hipertensi dan sedang
berobat untuk itu (Bustan, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab
meningkatnya resiko penyakit stroke, jantung dan ginjal. Pada akhir abad 20,
penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi penyebab utama kematian di negara
maju dan negara berkembang. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2001, kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia
sebesar 26,3%. Sedangkan data kematian di rumah sakit tahun 2005 sebesar 16,7%.
Faktor resiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah adalah hipetensi, di
samping hiperkolesterollemia dan diabetes melitus.Menteri Kesehatan Dr. dr.
Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) menyatakan, prevalensi hipertensi di Indonesia
pada daerah urban dan rural berkisar antara 17-21%. Data secara nasional yang
ada belum lengkap. Sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia tidak
terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi
penyakitnya, ujarnya pada Peringatan Hari Hipertensi 2007 di RS Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta (SKRT, 2001).
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah
banyak dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita
yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding
maupun penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan
sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi
terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah
seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian
Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang
dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat
menunjukkan angka yang tinggi. Oleh sebab itu perlu diteliti lebih lanjut,
demikian juga angka yang relatif sangat rendah. Survei penyakit jantung pada
usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo, menemukan prevalensi hipertensi’
tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi sebesar 33,3% (81 orang
dari 243 orang tua 50 tahun ke atas).Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi
dari pada pria (p¬0,05). Dari kasus-kasus tadi, ternyata 68,4% termasuk
hipertensi ringan (diastolik 95¬104 mmHg), 28,1% hipertensi sedang (diastolik
105¬129 mmHG) dan hanya 3,5% dengan hipertensi berat (diastolik sama atau lebih besar dengan 130 mmHg) (DEPKES RI, 2008).
Pengumpulan data sebagai
data penunjang atau pelengkap yang di ambil dari dinas kesehatan
kota Jambi dan data kunjungan
rawat jalan di poliklinik umum di Puskesmas Rawasari serta
data dari kelurahan Rawasari.
Menurut data yang diperoleh dari dinas kesehatan kota jambi
jumlah penderita hipertensi tahun 2010 sebanyak 12,24%, sedangkan tahun 2011 mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya sebanyak 12,39% penderita hipertensi, penderita
hipertensi di puskesmas Rawasari dengan jumlah penderita 19,20% jiwa per tahun ( Dinkes Kota Jambi, 2012 ).
Berdasarkan survei awal pada
bulan Maret 2012 di puskesmas rawasari, hipertensi menempati urutan kedua dari
10 penyakit terbesar, Sejak tahun 2010 penderita hipertensi yang berobat
berjumlah 12,46%
penderita. Dan Pada tahun 2011 mengalami peningkatan, penderita hipertensi yang
berobat berjumlah 12,39%
penderitan, tetapi pada awal 2012 penderita hipertensi yang berkunjung
mengalami peningkatan 12,68%
penderita ( Puskesmas Rawasari, 2012 ).
Dengan melihat
data-data tentang penyakit hipertensi di atas kemudian mendapati begitu
banyaknya orang-orang sekeliling kita terpuruk kesehatannya akibat hipertensi.
Kebanyakkan hipertensi yang ditemui saat ini memang merupakan akibat gaya hidup
tidak sehat, misalya gaya hidup tinggi lemak dan rendah serat, serta kurangnya
olahraga. Juga karena banyaknya bahan tambahan makanan yang tidak sesuai dengan
takaran mestinya. Maka berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk
meneliti lebih jauh tentang Hubungan Pengetahuan Keluaga terhadap Diet Hipertensi Pada Lansia Di RT
12 Kelurahan Rawasari Kota
Jambi Tahun 2012.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “apakah ada hubungan pengetahuan
keluarga terhadap
diet hipertensi pada lansia”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga terhadap
diet hipertensi pada lansia di RT
12 Kelurahan Rawasari tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan keluarga terhadap diet hipertensi pada lansia di RT
12 Kelurahan Rawasari tahun 2012.
b. Diketahuinya hubungan
pengetahuan keluarga terhadap diet hipertensi pada lansia di RT
12 Kelurahan Rawasari tahun 2012.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Sebagai
bahan informasi dan masukan bagi pengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya
pencegahan terhadap penderita hipertensi berdasarkan pertimbagan, perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan evaluasi.
2. Bagi Puskesmas Rawasari
Di harapkan menambah informasi dan
masukan bagi petugas kesehatan khususnya di puskesmas Rawasari kota jambi
agar dapat meningkatkan
upaya pemulihan bagi penderita hipertensi.
3.
Bagi institusi pendidikan
Untuk menambah referensi perpustakaan dan
wawasan mahasiswa telanai bhakti kesehatan jambi jurusan keperawatan tentang
hubungan tingkat pengetahuan
keluarga dengan diet hipertensi pada lansia.
4. Bagi
Peneliti Lain
Sebagai sumber untuk
melakukan penelitian selanjutnya.
E.
Ruang lingkup
Penelitian ini merupakan
penelitian Kuantitatif dengan disain Cross Sectional untuk
mengetahui Hubungan Pengetahuan Keluarga terhadap Diet Hipertensi Pada Lansia Di RT
12 Kelurahan Rawasari Kota Jambi Tahun 2012. Pengolahan data
dengan menggunakan program komputerisasi SPSS versi 16.0.
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan tekhnik total
sampling (apabila responden kurang dari 100 lebih baik populasi di
ambil semua). Penelitian ini akan dilakukan pada tahun 2012 yang berlokasi di Kelurahan Rawasari Rt 12. Populasinya adalah keseluruhan keluarga yang memiliki
lansia yang ada di RT 12 Kelurahan Rawasari kota Jambi Tahun 2012 sebanyak 38 orang keluarga yang memiliki lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
TINJAUAN TEORITIS
1. Konsep Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertetensi adalah keadaan
peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu
organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk
pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan /left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target
organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang
membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007).
Hipertensi adalah faktor penyebab
timbulnya penyakit berat seperti serangan jantung, gagal ginjal, dan stroke.
Apalagi di masa sekarang ini, pola makan masyarakat Indonesia yang sangat
menyukai makanan berlemak dan yang berasa asin atau gurih, terutama makanan
cepat saji yang memicu timbulnya kolesterol tinggi. Kolesterol tinggi juga
sering dituduh sebagai penyebab utama penyakit hipertensi di samping karena
adanya faktor keturunan (Yekti Susilo, 2011).
Hipertensi
merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita masyarakat. Hingga saat ini,
penderitanya di dunia hampir mencapai 1 miliar orang. Umumnya mereka yang
menderita penyakit ini tidak menyadari kondisi penyakitnya (Budi Sutomo, 2009).
WHO, (2009)
menggolongkan hipertensi berdasarkan usia, penggolongannya adalah :
1) Kelompok usia 20 - 29
tahun, tekanan darah >150/90 mmHg,
2) Kleompok usia 30 – 64
tahun, tekanan darah 160/95 mmHgm,
3) Kelompok usia > 65
tahun, tekanan darah > 170/95 mmHg.
Data Joint
National Committee on Prevention detection, Evaluation, and Treatment on High
Blood Pressure 7 mengungkap, penderita hipertensi di seluruh dunia
mendekati angka 1 miliar. Artinya, 1 dari 4 orang dewasa menderita tekanan
darah tinggi. Lebih dari separuh atau sekitar 600 juta penderita, tersebar di
Negara berkembang, termasuk Negara Indonesia. Angka ini menunjukkan, hipertensi
bukan hanya masalah Negara-negara maju.
Data WHO menyebutkan, dari setengah penderita
hipertensi yang diketahui hanya seperempatnya (25%) yang mendapat pengobatan.
Sementara hipertensi yang diobati dengan baik dengan hanya 12,5 persen.
Padahal, hipertensi menyebabkan rusaknya organ-organ tubuh seperti ginjal,
jantung, hati, mata kelumpuhan organ-organ gerak.
Hipertensi baru bias diketahui dari hasil pengukuran
tekanan darah. Tekanan darah dinyatakandalam dua angka, yaitu sistolik dan
diastolic. Angka sistolik (atas) menggambarkan tekanan dalam pembuluh darah
arteri saat jantung berkontraksi dan memompa darah ke dalam aorta, sedangkan
angka diastolic (bawah) menunjukkan tekanan dalam pembuluh darah saat jantung
istirahat di antara dua denyutan dan terisi darah. Pencatatan hasil pengukuran
tekanan darah angka sistolik di atas angka diastolic. Tekanan darah normal bila
angka sistolik kurang dari 120 mmHg dan angka diastolic di bawah 80 mmHg (Budi
Sutomo, 2009).
Hipertensi diklasifikasikan dalam beberapa kategori. World Health Organization (1991-1999)
mengklasifikasikan hipertensi menjadi 3 kelompok, yakni hipertensi ringan,
hipertensi sedang, dan hipertensi berat. Karena ketiga kelompok tersebut
memiliki risiko komplikasi sama besar, maka kategori WHO tidak lagi digunakan.
panduan tentang hipertensi didasarkan pada criteria Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment 7 (JNC 7)
Table 1. Klasifikasi JNC 7 (2004)
Kategori
|
Tekanan Darah (mmHg)
|
Optimal
Normal
Borderline
Hipertensi
Stadium 1
Stadium 2
Stadium 3
|
<120/80
120-129/80-84
130-139/85-89
≥140/90
140-159/90-99
160-179/100-109
≥180/110
|
Sumber : Joint National Committee
on Prevention detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure 7.
JNC mengeluarkan klasifikasi terbaru JNC 7 di tahun
2004 yang saat ini digunakan di Amerika serikat. Kategorinya lebih dipersempit
dan dimasukkan satu kategori baru, yaitu prehipertensi. Tekanan darah dengan
sistolik 120-139 mmHg dan diastolic 80-89 mmHg digolongkan prehipertensi.
Seseorang yang masuk dalam kategori ini belum termasuk hipertensi. Klasifikasi
ini menunjukkan seseorang berisiko tinggi menjadi penderita hipertensi.
Prehipertensi merupakan peringatan agar calon penderita hipertensi segera
mengubah gaya hidup agar tekanan darah menurun sehingga perkembangan penyakit
bisa di cegah atau diperlambat.
b. Penyebab Hipertensi
Hipertensi
merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Peda kebanyakan
pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui (essensial aatu hipertensi
primer). Hipertensi primer ini tidak dapat dikontrol. Kelompok lain dari
populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal
sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen
maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi,
hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial (Depkes
RI,2006).
Menurut Prof.
Dr. Kebo (2008), 95% penderita hipertensi tergolong yang primer.
1) Yang tidak jelas
penyebabnya, penyebab hipertensi primer (esensial) sampai saat ini masih
spekulatif, termasuk di dalamnya adalah :
1) Aktifitas saraf
simpatis yang berlebihan,
2) Obesitas (kegemukan),
3) Makan tinggi garam
(termasuk mono-sodium glumate),
4) Makanan yang
diawetkan,
5) Stress,
6) Rokok, kopi, dan
minuman berakohol,
7) Makanan yang bersifat
panas, seperti daging kambing dan durian,
8) Makanan yang banyak
mengandung lemak jenuh, kolesterol tinggi,
9) Kehidupan sedentary (kurang bergerak),
10) Faktor genetis
(riwayat keluarga) dan usia.
Faktor genetik dan usia tidak bias diubah, sedangkan
faktor lainnya dapat diubah. Penyakit ini menyebabkan jantung koroner dan
stroke.
2) Yang diketahui
penyebabnya, atau yang disebut hipertensi primer. Penyebeb hipertensi sekunder,
antara lain penyakit ginjal, tumor kelenjar suprarenalis, kelainan hormonal,
atau pembuluh darah. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah
hipertensia esensial, penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan
kependerita hipertensi esensial.
Menurut Dr. Yekti Susilo dan Ari Wulandari (2011) yang
menyebakan terjadinya hipertensi secara umum. Salah satu saja mengenai tubuh
kita maka dengan mudah kita akan menderita hipertensi, yaitu :
a) Toksin
Toksin adalah zat-zat sisa
pembuangan yang seharusnya dibuang karena bersifat racun. Dalam keadaan biasa,
hati kita akan mengeluarkan sisa-sisa pembuangan melalui saluran usus dan
kulit. Sementara ginjal mengeluarkan sisa-sisa pembuangan melalui saluran kencing
atau kantong kencing. Penyakit yang paling biasa diderita akibat penumpukan
toksin dalam tubuh adalh filek, flu, dan bronchitis.
Penumpukan toksin pada bagian yang berlainan pada tubuh akan menyebabkan
penyakit-penyakit yang berbeda-beda, termasuk hipertensi. Hal tesebut
menyebabkan pembesaran jantung dan selanjutnya mengakibatkan penyakit jantung.
Sementara itu, tekanan yang dilakukan terhadap saluran darah akan mengakibatkan
tekanan darah tinggi.
b) Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada
keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut mempunyai risiko menderita
hipertensi. Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai risiko dua kalilebih
besar untuk menderita hipertensi dari pada individu yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Ada baiknya kita mulai sekarang kita
memeriksa riwayat kesehatan keluarga sehingga kita dapat melakukan antisipasi
dan pencegahan.
c) Umur
Kepekaan terhadap hipertensi akan
meningkat seiring dengan betambahnya umur seseorang. Individu yang berumur di
atas 60 athu, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan
140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang
bertambah usianya.
d) Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki
struktur organ dan hormon yang berbeda. Demikian juga pada perempuan dan
laki-laki. Berkaitan dengan hipertensi, laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi
untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai risiko yang
lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskiluer. Sedangkan
pada perempuan, biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka sudah
berumur di atas 50 tahun. Sangatlah penting bagi kita untuk menjaga kesehatan
sejak dini. Terutama mereka yang memiliki sejarah keluarga terkena penyakit.
e) Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi
pada orang kulit hitam dari pada yang berkulit putih. Belum diketahui secara
pasti penyebabnya, tetapi pada orang kuli hitam ditemukan kadar rennin yang lbih rendah dan sensitivitas
terhadap vasopressin yang lebih
besar.
b) Stress
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Stres merupakan respon tubuh yang
sifatnya non- spesifik terhadap setiap tuntunan beban atasnya. Terdapat
beberapa jenis penyakit yang berhubungan dengan stres yang dialami seseorang,
diantaranya hipertensi atau peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Stres yang dialami seseorang
akan membangkitkan saraf simpatetis yang akan memicu kerja jantung dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu, bagi mereka yang sudah
memiliki riwayat sejarah kesehatan penderita hipertensi, disarankan untuk
berlatih mengendalikan stres dalam hidupnya.
c) Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
timbulnya berbagai macam penyakit berat, salah satunya hipertensi. Penelitian
epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan tekanan
darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Yang sangat mempengaruhi
tekanan darah adalah kegemukkan pada tubuh bagian atas dengan peningkatan
jumlah lemak pada bagian perut atau kegemukan terpusat (obesitas sentral).
d) Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting
terjadinya hipertensi primer. Asupan garam tinggi akan menyebabkan pengeluaran
berlebihan dari hormon natriouretik yang
secara tidak langsung akan menigkatkan tekanan darah. Asupan garam tinggi dapat
menimbulkan perubahan tekanan darah yang dapat terdeteksi yaitu lebih dari 14
gram per hari atau jika dikonversi ke dalam takaran sendok makan adalah lebih
dari 2 sendok makan. Bukan berarti kita makan garam 2 sendok makan setiap hari
tetapi garam tersebut terdapat dalm makanan-makanan asin atau gurih yang kita
makan setiap hari.
e) Merokok
Merokok merupakan faktor risiko
yang potensial untuk ditiadakan dalm upaya melawan arus peningkatan hipertensi
khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.
f) Narkoba
Mengkonsumsi narkoba jelas tidak
sehat. Karena narkoba tidak ada sedikitpun kebaikannya. Penyakit kecanduan
narkoba kelihatannya sepele tetapi sangat mematikan. Efek buruk yang
ditimbulkannya sangatlah besar. Itulah sebabnya mendeteksi keberadaan
hipertensi sejak dini sangat diperlukan. Tentu saja juga harus diimbangi dengan
pola hidup sehat.
g) Alkohol
Penggunaan alkohol secara
berlebihan juga akan memicu tekanan darah seseorang. Menghentikan kebiasaan
mengkonsumsi alkohol sangatlah baik, tidak hanya bagi hipertensi kita tetapi
juga untuk kesehatan kita secara keseluruhan.
h) Kafein
Kandungan kafein selain tidak
baik pada tekanan darah dalam jangka panjang, pada orang-orang tertentu juga
menimbulkan juga menimbulkan efek yang tidak seperti tidak bisa tidur, jantung
berdebar-debar, sesak nafas, dan lain-lain.
i) Kurang Olahraga
Dengana adanya kesibukan yang luar
biasa, manusia pun merasa tidak punya waktu lagi untuk berolahraga. Akibatnya,
kita menjadi kurang gerak dan kurang olahraga. Kondisi inilah yang memicu
kolesterol tinggi dan juga adanya tekanan darah yang terus menguat sehingga
memunculkan hipertensi.
j)
Kolesterol Tinggi
Kandungan lemak yang berlebihan
dalam darah dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah.
Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan
meningkat.
c. Patofisiologi
Dimulai dengan atheroklerosis, gangguan struktur
anatomi pembuluh darah peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah.
Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran
plaque yang menghambat gangguan peredaran darah peripher. Kekakuan dan
kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya
dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan
gambaran peningkatan tekanan darah dalm sistem sirkulasi (Bustan, 2007).
d. Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi dalam jangka
waktu lama akan merusak endothel
arteri dan mempecepat atherosclerosis.
Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata,
ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor risiko utama
untuk penyakit serebrovaskuler (stroke, transient
ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal
ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki
faktor-faktor risiko kardiovaskularlain, maka akan meningkatkan mortalitas dan
morbiditas akibat gangguan kardiovaskulernya tersebut. Menurut studi
Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan risiko yang bermakna
untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung (Depkes
RI, 2006).
Tabel 2. Faktor-faktor Risiko kardiovaskular menurut
Departemen Kesehatan RI, 2006 adalah :
faktor
risiko mayor
hipertensi
merokok
obesitas (BMI = 30)
immobilitas
dislipidemia
diabetes mellitus
mikroalbuminura atau perkiraan GFR<60 ml/min
umur (>55 tahun untuk laki-laki, >65 tahun untuk perempuan)
Riwayat keluarga untuk penyakit kardiovaskular
prematur (laki-laki <55 tahun atau perempuan <65 tahun)
Kerusakan organ target
Jantung : Left ventricular hypertrophy
Angina atau sudah
pernah infark miokard
Sudah pernah
revaskularisasi koroner
Gagal jantung
Otak : stroke atau TIA
Penyakit
ginjal kronis
Penyakit
arteri perifer
Retinopathy
BMI = Body
Mass Index; GFR = Glomerular Filtration Rate; TIA = Transient Ischemic
Attack.
|
Sumber : faktor-faktor
risiko kardiovaskular menurut Depkes RI, 2006.
2. Konsep Diet
Hipertensi
a. pengertian
Diet hipertensi
merupakan pengurangan konsumsi natrium, tinggi serat, kolesterol, agar
penurunan tekanan darah lebih optimal. Yang dimaksud diet ini adalah
memperbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan produk susu rendah
lemak untuk menurunkan tekanan darah. Makanan yang dikonsumsi pun lebih kaya
serat dan mineral yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah (kalium, magnesium,
dan kalsium). Kalium bekerja mengatur keseimbangan jumlah natrium dalm sel.
Kalsium dan magnesium bermanfaat secara tidak langsung untuk membantu
mengendalikan hipertensi (Budi Sutomo, 2009).
Gizi atau nutrisi dikenal masyarakat umum sebagai suatu ilmu yang
berkecimpung dalam hal masalah atau makanan, padahal sebenarnya gizi bukan
hanya sekedar mengatasi perihal makanan namun hubungan antara makanan dengan
kesehatan (Gunawan A, 2001).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kekurangan nutrisi adalah
alasan ekonomi, pendidikan, status sosial, anatomi fisiologi pencernaan dan
status psikologi. Dalam hal ini, pengkajian nutrisi pada penderita hipertensi
meliputi pengkajian berat badan dan pola makan (Nurachmah, 2001). Faktor gizi
yang sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui beberapa
mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang
berhubungan dengan diet seseorang, walaupun faktor usia juga berperan, karena
pada usia lanjut (usila) pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan
elastisitasnya berkurang.Pembuluh yang mengalami sklerosis (aterosklerosis),
resistensi dinding pembuluh darah tersebut akan meningkat. Hal ini akan memicu
jantung untuk meningkatkan denyutnya agar aliran darah dapat mencapai seluruh
bagian tubuh.
Menurut C.Linder, masih menjadi perdebatan kontroversi tentang
pengaruh faktor diet dan cara hidup tehadap terjadinya aterosklerosis. Namun
dari beberapa kecenderungan menyatakan bahwa:
a. Terjadinya plak (Plaque) aterosklerosis merupakan suatu respon
dari cidera pada dinding ateri terhadap kerusakan yang dibentuk oleh lapisan
epitel. Plaque tersebut menonjol kearah lumen dan menyebabkan pengurangan
aliran darah dan elastisitas pembuluh darah. Ini akan menyebabkan terbentuknya
trombus yang oklusif (pembekuan) dan dapat menyebabkan stroke.
b. Serat makanan, dan beberapa mikronatrium lainya (vitamin dan
mineral) mungkin penting dalam pencegahan jangka panjang atau memperlambat
aterosklerosis. Selain itu konsumsi tinggi kolesterol dan lemak yang memicu
terjadinya aterosklerosis. Lemak jenuh adalah penentuan utama peningkatan kadar
kolesterol, sehigga dianjurkan untuk menurunkan asupan lemak jenuh <10%
asupan total energi dengan membatasi asupan makanan kaya asam lemak jenuh (susu
tinggi lemak dan produknya, daging berlemak serta daging kelapa). Pada orang
dengan kadar kolesterol LDL tinggi atau dengan penyakit kardio vaskuler, lemak
jenuhnya harus rendah (<7% total energi).
Faktor-faktor penyebab cenderungnya dinding pembuluh darah antara
lain cedera mekanis, panas atau dingin, zat-zat kimia, virus, homosistein dan
kolesterol. Pada penderita kelebihan berat badan (obesitas) umumnya memiliki
kadar lipid darah yang tinggi, makin besar cadangan lemak tubuhnya, makin
tinggi kadar lipid darahnya dan sebaliknya. Selain itu lipid memiliki efek
metabolisme yang dapat menyebabkan hipertensi (BKM, 2001). Penelitian
Flamingham cit BKM (2001) menunjukkan bahwa orang yang obsitas
(kelebihan 20% dari berat badan normal akan mengalami peluang hipertensi 10
kali lebih besar).
Piramida makanan
di bawah ini menggambarkan komposisi makanan yang dianjurkan pada penderita
hipertensi :
|
Minyak, santan, lemak
Jeroan, margarine, susu dan produk susu
Daging merah, kuning telur
Daging
putih (ikan) putih telur
Kacang-kacangan
Buah
Sayuran
umbi-umbian
serta hasil olahannya
dikutip dari : Pedoman makanan untuk Kesehatan Jantung Indonesia, 2002
Menurut Ir. Padmiarso
M. Wijoyo untuk mencegah hipertensi yang perlu dilakukan adalah melalui pengontrolan
gaya hidup, antara lain :
1. Mengatur pola makan
Perbanyaklah
minum air putih. Cara makan yang baik adalah sedikit-sedikit tapi sering, bukan
makanan banyak tetapi jarang. Kandungan zat dalam menu makanan juga harus
diperhatikan, meliputi :
a) Diet rendah garam
Asupan garam yang diperlukan pada orang sehat sekitar
3-5 gram (setara 1 sendok the) per hari. Jika tubuh banyak berkeringat, sering
buang air kecil serta diare, memerlukan asupan garam yang lebih. Kelbihan garam
dapat menyebabkan hipertensi, risiko dehidrasi dank ram, darah mengental
(penyebab penyakit jantung dan stroke), mengikat cairan yang banyak serta dapat
mengendap di pergelangan kaki dan daerah tengah tubuh.
Diet rendah garam diperlukan terutama pada orang yang
punya potensi tinggi hipertensi, dapat dilakukan dengan cara:
1) Gunakan garam sebagai
bumbu masakan secukupnya saja, perbanyak rempah dan kurangi garam.
2) Jangan menambah garam
pada hidangan yang siap santap. Jauhakn garam dari meja makan.
3) Kurangai minuman
bersoda, minuman kaleng dan botol. Minuman bersoda dan pengawet banyak
mengandung sodium (Natrium).
4) Kurangi makan daging,
ikan, kerang, kepiting, dan susu, camilan/snack
yang asin dan gurih.
5) Hindari makan makanan
ikan asin, telur asin, otak, vetsin (monosodium glutamate/MSG), soda kue,
jeroan, sarden, udang, dan cumi-cumi.
6) Konsumsi makanan yang
dianjurkan, seperti sayuran segar, buah segar, tempe, tahu, kacang-kacangan,
ayam, dan telur.
b) Diet rendah
kolesterol
Makanan
yang dimakan sebaiknya mengadung lemak jahat seperti kolesterol (menurunkan
HDL). Diet rendah kolesterol dapat
dilakukan dengan cara:
1) Kurangi makan makanan
yang mengandung gula murni, daging, ayam, kuning telur, dan sarden.
2) Hindari makan makanan
seafood, otak, jeroan, lemak hewani,
mentega, susu full cream.
3) Makanan yang
dianjurkan meliputi sayuran, buah, minyak nabati (kecuali minyak kelapa), putih
telur, iakn, kacang - vkacangan dan minyak zaitun. Jika sudah mencapai berat
badan ideal, jangan melakukan diet terlalu keras. Imbangi dengan pola makan
sehat, mengandung sumber energy, pembangun tubuh, pelindung serta pengatur
tubuh. Sumber energi ideal adalah 12-15% lemak dan 50-60% karbohidrat.
Hasil
studi DASH juga menunjukkan bahwa pola diet yang bertitik berat pada
buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk-produk berkandungan lemak rendah, serta
mengurangi jumlah lemak, daging, manisan, dan minuman yang mengandung gula
(selanjutnya disebut diet kombinasi DASH), menurunkan tekanan darah secara
signifikan. Kombinasi DASH pada penduduk Amerika mempunyai implikasi kesehatan
masyarakat yang besar, dimana dengan diet kombinasi DASH maka diperkirakan akan
terjadi penurunan insiden penyakit jantung koroner sebesar 15% dan stroke 27%.
Studi-studi observasional dan random lainnya menunjukkan bahwa reduksi tekanan
darah diastolik sebesar 2 mmHg menghasilkan penurunan prevalensi hipertensi
sekitar 17%, reduksi penyakit jantung koroner sebesar 6%, dan reduksi resiko
stroke sebesar 15% (JNC VII, 2004).
3. Konsep Lansia
1.
Pengertian
Lansia
(lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No23 Tahun 1992 tentang
kesehata).Pengertian dan pengelolaan lansia menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun1998 tentang lansia sebagai berikut :
a) Lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
b) Lansia
usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan
yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
c) Lansia
tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
tergantung pada bantuan orang lain.
2. Batasan
Lansia
a) Pra
Usia Lanjut (presenilis)
Seseorang
yang berusia antara 45-59 tahun.
b) Usia
lanjut
Seorang
yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah tahap perkembangan masa
tua dalam perkembangan individu (usia 60 tahun keatas). Sedangkan lanjut usia
adalah sudah berumur atau tua.
c) Usia
Lanjut Resiko Tinggi
Seseorang
yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan.
d) Usia
Lanjut Potensial
Usia
lanjur yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa.
e) Usia
Lanjut Tidak Potensial
Usia
lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain.
3. Proses
Menua
Aging process
atau proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindarkan,
yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya
sacara perlahan-lahan kemampuan jarinagan untuk memperbaiki diri ayau mengganti
dan mempertahankan struktur dan fungsi secra normal, kethanan terhadap injury
termasuk adanya infeksi (constantinedes, 1994). Proses penuaan sudah mulai
berlangsung sejak seorang mencapai dewasa,misalnya dengan terjadinya kehilangan
jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh 'mati'
sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang tegas, pada usia berapa
kondisi kesehatan seseorang memulai menurun. Setiap orang memiliki fungsi
fisiologis alat tubuh yang sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak
fungsi tersebut maupun saat menurunnya. Umumnya fungsi pisiologis tubuh hal.
Pencapai puncakna pada usia 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat
tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun
sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya usia (mubarak, 2009 : 146).
4. Teori
penuaan
a. Teori
Biologis
pada
tahun 1993, Mary. Ann Christ et al. (lihat Hardywinoto dan Toni Setiabudi, 1999) menyatakan bahwa
penuaan merupaaln proses berangsur-angsur yang mengakibatkan perubahan yang
kumulatif dan mengakibatkan perubahan yang berakhir dengan kematian, Penuaan
juga menyangkut perubahan struktur sel, akibat interaksi sel dengan
Iingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan generatif. Teori
biologis tentang penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik.
Intrinsik berarti perubahan ynng timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri,
sedang teori ekstrinsik menjelasktrn bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan
pengaruh lingkungan, Penuaan menurut teori biologis di antaranya adalah sebagai
berikut.(mubarak, 2009)
1)
Teori Genetik Clock
Meurut teori ini menua telah
terpogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies di dalam
inti selnya mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi
tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi tersebut.
Jadi, menurut konsep ini bila jam kita ini berhenti kita akan meninggal dunia,
meskipun tanpa disertai kecelakaan. lingkungan atau penyakit. Secara teoretis
dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi
meski hanya beberapa waktu dengan pengaruh-pengaruh dari luar, berupa
Peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan obat-obatan, atau dengan
tindakan tertentu.
2) Teori
Mutiisi Somatik (Error Catastrophe Theory)
Menurut teori ini penuaan
disebabkan oleh kesalahan yang beruntun dalarn jangka waktu lama melalui
trankripsi dan translasi. Kesalahan
tersebut menyebabkan terbentuknya enzim yang salah dan berakibat pada
metabolisme yang salah, sehingga mengurangi fungsional sel. Meskipun dalam
batas-batas tertentu, kesalahan dalam pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun
kemampuan memperbaiki diri terbatas pada transkripsi, yang tentu akan
menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim, sehingga menimbulkan
metabolit berbahaya. Sernakin banyak kesiilahan pada translasi, maka kesalahan
yang terjadi juga akan semakin banyak.
3) Teori
Autoimun (Auto Immune theory)
Menurut teori ini proses
metaboiisme tubuh suatu saat akan memproduksi zat khusus. Ada jaringan tubuh
terterrtu yang tidak tahan terhadap
suatu zat, sehingga jaringan tubuh rnerjadi lemah dan sakit Sebagai contoh
ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa akan berinvolusi kemudian
semenjak itu terjadilah kelainan autoimun (Godteris & Brocklehurst, 1989).
4) Teori Radikal Bebas
Menurut teori ini penuaan
disebabkan adanya radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas dapat terbentuk di
alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) yang masuk ke dalam
tubuh akan mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik, seperti karbohidrat
dan protein. Radikal ini akan menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi. Radikal
bebas yang ada di dalam tubuh bersifat merusak juga dapat dinetralkan dalarn
tubuh oleh enzim atau senyawa non-enzim, misalnya vitamin C betakorotirn dan vitamin E.
5) Pemakaian
dan Rusak
Kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel-sel tubuh rusak.
6) Teori
virus yang Perlahan-lahan Menyerang sistem kekebalan Tubuh (immunology slow
Virus Theory)
Menurut teori ini penuaan
terjadi sebagai akibat dari sistem imun yang kurang efektif seiring dengan
bertambahnya usia. Masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebababkan kerusakan pada organ tubuh.
7) Teori
Stres
Menurut teori ini penuaan
terjadi akibat hilangnya se1-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertirhankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha, dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
8) Teori
Rantai Silang
Menurut teori ini penuaan
terjadi sebagai akibat adanya rearksi kimia sel-sel yang tua atau yang telah
usang menghasilkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan jarigan menjadi kurangnya elastis, kaku, dan
hilangnya fungsi.
9) Teori
Program
Menurut teori ini penuaan
terjadi karena kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori
Kejiwaan Sosial
Berikut ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang
mendukung teori kejiwaan sosial.
1) Aktivitas
atau kegiatan (Activity Theory)
a) Teori
aktivitas, menurut Hiivighusrst dan Albrecht (1953) barpendapat bahwa sangat
penting bagi lansia untuk tetap beraktivitas dan mencapai kepuasan hidup.
b) ketentuan
akan meningkatnya penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut dalam
banyak kegiatan sosial.
c) Ukuran
optimal (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
d) Mempertahankan
hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke usia lanjut.
2) Teori
kepribadian Berlanjut ( continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
usia lanjut. Teori ini merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang berusia lanjut
sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimliki.
3) Teori
Pembebasan (Disengagem ent Theory)
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses
penuaan adalah "teori pembebasan atau disengagement theory". Teori
ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lansia menurun, baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga seringg
terjadi kehilangan ganda (tripple loss). Definisi
kehilangan ganda adalah sebagai berikut :
a) kehilalangan
peran (loss of role).
b) Hambatan
kontak sosial (restraction of contacts
and relationships).
c) Berkurang
nl,a komitmen (social mores and values).
c. Teori
Psikologi
Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan
sosiologi salah satu teori yang ada. Teori tugas perkembangan yang diungkapkan
oleh Hanghurst (1972) adalah bahwa setiap individu harus meperhatikan tugas
perkembangan yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan meniberikan
Perasaan bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini bergantug
pada maturasi fisik, pengharapan kultural, masyarakat, nilai aspirasi individu.
Tugas perkembangan pada dewasa tua meliputi: penerimaan adanya penurunan
kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa pension dan penurunan pendapatan,
respons penerimaan adanya kematian pasangan atau orang-orang yang berarti bagi
dirinya, mempertahankan hubungan dengan kelompok yang sesuai, adopsi dan
adaptasi dengan peran sosial secara fleksibel, serta mempertahankan kehidupan
secara memuaskan. (chayatin, 2009 : 148)
d. Teori
Kesalahan Genetik
Menutut dr. Afgel bahwa proses menjadi tua ditentukan
oleh kesalahan sel genetik DNA di mana sel genetik memperbanyak diri (ada yang
memperbanyak diri sebelum pembelahan sel), sehingga mengakibiitkan
kesalahan-kesalahan yang berakibat pula pada terhambatnya pembentukan sel
berikutnya, sehingga mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami
kematian orang akan tampak menjadi tua.
(chayatin, 2009 : 148)
e. Teori
Rusaknya Sistem lmun Tubuh
Mutasi yang terjadi
secara berulang mengakibatkan kemampuan sistem imun untuk mengenali dirinya
berkurang (self recognitlon),
sehingga mengakibatkan kelainan pada sel karena dianggap sel asing yang membuat
hancurnya kekebalan tubuh. Inilah yang disebut dengan peristiwa autoimun.
f. Teori
Penuaan Akibat Metabolisme
Teori
penuaan akibat metabolisme menjelaskan bagaimana proses menua terjadi.
1) Datang
dengan sendirinya, merupakan "karunia' yang tidak bisa dihindari/ditolak.
2) Usaha
dalam memperlambat menjadi awet tua.
3) WHO
(1982) usia lanjut yang berguna, bahagia, dan sejahtera (Mubarak, 2009 :149 ).
5.
Perubahan yang
terjadi pada lansia
a.
Perubahan Kondisi
Fisik
Perubahan
kondisi fisik pada lansia meliputi: perubahan dari tingkat sel sampai ke semua
sistem organ tubuh, di antaranya sistem pernapasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskular,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, urogenital,
endokrin, dan integumen.
Masalah fisik sehari-hari yang sering
ditemukan pada lansia di antaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacauan
mental akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak napas pada saat melakukan
aktivitas atau kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang atau
punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing, berat badan
mednuruun, gangguan pada fungsi
penglihatan, pendengaran, dan sulit menahan kencing.
b. Perubahan
Kondisi Mental
Pada umumnya lansia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. perubahan-
perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik,
keadaan kesehatan tingkat pendidikan atau pengetahuan, dan situasi lingkungan.
Intelegensi diduga secara umum makin mundur terutama faktor penolakan abstrak,
mului lupa terhadap kejadian baru, masih terekam baik kejadian masalalu dari segi mental dan emosional sering muncur
perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas. Adanya kekacauan
mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut
ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya Perasaan kurang mampu untuk
mandiri serta cenderung bersifat introvert.
c. Perubahan Psikososial
Masalah perubahan psikososial serta reaksi
individu terhadap perubahan ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian
individu yang bersangkutan. Orang yang telah menjalani kehidupannya dengan
bekerja, mendadak dihadapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun.
Perubahan psikososial yang lain adalah
merasakan atau sirdar akan kematian, perubahan cara hidup mernasuki rumah perawatan, penghasilan menurun, biaya hidup
meningkat, tambahan biaya pengobatan penyakit kronis, ketidak mampuan, kesepian
akibat pengasingan diri dari lingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan
teman dan keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep
diri, serta kematian pasangan hidup.
Perubahan yang menjadikan dalam kehidupan
akan membuat mereka merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna, perubahan
yang mereka alami di antaranya adalah sebagai berikut :
1) Minat.
Pada umumnya pada masa usia lanjut minat seseorang akan berubah dalam kuantitas
maupun kualitasnya. Lazimnya minat dalam
aktivitas fisik cenderung menurun dengan bertambahnya usia. Perubahan minat
pada lansia jelas berhubungan dengan menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat
diragukan bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.
2) Isolasi
dan kesepian. Banyak faktor bergabung, sehingga
membuat orang berusia lanjut terisolasi dari yang lain. Secara fisik, mereka
kurang mampu mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha. Makin menurunnya kuaalitas organ indra
yang mengakibatkan ketulian, penglihatan yang makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya membuat lansia merasa
terputus dari hubungan dengan orang-orang 1ain. Faktor lain yang membuat
isolasi semakin menjadi lebih parah adalah perubahan sosial, terutama
meregangnya ikatan kekeluargaan. Bila lansia tinggal bersama sanak saudaranya,
mereka mungkin bersikap toleran terhadapnya, tetapi jaraang rnenghormatinya.
Lebih sering terjadi lansia menjadi terisolasi dalam arti kata yang sebenarnya,
karena ia hidup sendiri. Semakin 1anjut usianya, kemampuan mengendalikan
perasaan dengan akal akan melemah, dan orang cenderung kurang dapat mengekang
dari dalam perilakunya. Frustrasi kecil pada tahap usia yang lebih muda tidak
rnenimbulkan masalah, pada tahap ini membangkitkan luapan emosi dan mereka
mungkin bereaksi dengan ledakan amarah atau sangat tersinggung terhadap
peristiwa-peristiwa yang menurut kita sepele.
3) Peranan
iman. Menurut proses fisik dan mental,
pada usia lanjut memungkinkan orang yang suhah tuli tidak begitu membenci dan
merasa khawatir dalam memandang akhir kehidupan dibanding orang yang lebih
muda. Namun demikian, hampir tidak dapat disangkal bahwa iman yang teguh adalah
senjata yang paling ampuh untuk melawan rasa takut terhadap kematian. Usia
lanjut memang merupakan masa di mana kesadaran religius dibangkitkan dan
diperkuat. Keyakinan iman yang
menunjukkan bahwa kematian bukanlah akhir, tetapi merupakan permulaan yang baru
memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan dengan tenang dan tentram.
d. Perubahan
Kognitif.
Perubahan pada fungsi kognitif di
antaranya adalah kemunduran pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan
tugas yang memerlukan memori jangka pendek, kemampuan intelektual tidak
mengalami kemunduran, dan kemampuan verbal dalarn bidang vocabulary (kosa kata) akan menetap bila tidak ada penyakit yang
meryertai.
e. Perubahan
spiritual.
Perubahan yang terjadi pada aspek
spiritual lansia adalah sebagai berikut.
1) Agama
atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970).
2) Usia
lanjut makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam cara berpikir
dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).
3) Perkembangan
spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler adalah universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan
bersikap adil.
f. Faktor
yang Mempengaruhi Penuaan dan Penyakit Yang Sering Dijumpai
a. Berikut
ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan dan penyakit yang sering
terjadi pada lansia.
1) Hereditas
atau keturunan genetik
2) Nutris
atau makan
3) Status
perkawinan
4) Pengalaman
hidup
5) Lingkungan
dan,
6) Stres
b. Penyakit
yang sering dijumpai pada usia lanjut
Menurut the
tational old people’s welfare council, penyakit lansia, yaitu :
1) Depresi
mental
2) Gangguan
pendengaran
3) Brinkhitis
kronis
4) Gangguan
pada tungkai atau sikap berjalan
5) Gangguan
pada koksa atau sendi panggul
6) Anemia
7) Dimensia
4. Konsep Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua
orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri
dari bapak ibu, adik, kakak dan nenek (Raisner, 1980).
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari
beberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 1979).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup
dalam rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1978).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI,
1988).
b. Tipe Keluarga
Ada
tipe keluarga menurut jhonson. L dan Lenny. R, 2010 yaitu:
1) Keluarga inti, yang
terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak.
2) Keluarga conjugal,
yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, dimana
terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu dua pihak orang tua.
3) Selain itu terdapat
juga keluarga luas yang tertarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga
aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga
kakek, dan keluarga nenek.
c. Tugas keluarga
1) Tugas-tugas keluarga
dalam bidang kesehatan yang untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan
kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para
anggotanya dan saling memelihara (Freeman, 1981), yaitu :
a) Mengenal masalah
kesehatan tiap anggotanya untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan.
b) Mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, sejauh mana kemampuan
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah kesehatan
dirasakan oleh keluarga.
c) Memberikan perawatan
anggota keluarga yang sakit, cacat atau usia yang terlalu muda, untuk
mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Mempertahankan
suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian
anggota keluarga.
e) Mempertahankan
hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga kesehatan.
2) Pada dasarnya tugas
keluarga ada delapan tugas pokok menurut, jhonson. R dan Lenny. L sebagai
berikut :
a) Pemeliharaan fisik
keluarga dan para anggotanya.
b) Pemeliharaan
sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c) Pembagian tugas
masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
d) Sosialisasi antar
anggota keluarga.
e) Pengaturan jumlah
anggota keluarga.
f) Pengaturan jumlah
anggota keluarga.
g) Pemeliharaan
ketertiban anggota keluarga.
h) Membangkitkan
dorongan dan semangat para anggotanya.
3) Fungsi keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari fungsi keluarga dapat kita
lihat dan sekaligus sudah dapat diterapkan oleh masyarakat atau kelompok
keluarga. Adapun fungsi yang dijalankan keluarga adalaha sebagai berikut :
b) Fungsi pendidikan,
dilihat dari bagaimana keluarga memndidik dan menyekolahkan anak untuk
mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
c) Fungsi sosialisasi,
anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat yang baik.
d) Fungsi perasaan,
dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana
anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesame
anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
e) Fungsi perlindungan,
dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota keluarga
merasa terlindung dan merasa aman.
f) Fungsi agama, dilihat
dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga
lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini
dan kehidupan lain setelah dunia.
g) Fungsi ekonomi
dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur
penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
keluarga.
h) Fungsi rekreatif,
dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga,
seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing,
dan lainnya.
i) Fungsi biologis,
dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi
selanjutnya. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman diantara
keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga (Lenny. R,
2010 :9)
5. Pengetahuan
Pengetahuan
adalah kesan di dalam fikiran-fikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca
inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul dan penerangan yang
keliru (Soekanto, 2000 ).
Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu yaitu melalui panca indera manusia, penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003 ).
Pengetahuan
merupakan aspek pokok untuk mengubah perilaku seseorang yang disengaja. Menurut
teori Sigmund Freud, salah satu aspek perkembangan manusia adalah perkembangan
kognitif. Hal ini merujuk pada proses internal dari produk pikiran manusia yang
mengarah pada konsep mengetahui termasuk di dalamnya semua aktifitas mental
seperti mengingat, menghubungkan, mengklasifikasi, memberi simbol, mengimajinasi,
pemecahan masalah, penalaran persepsi, berkreasi, kemampuan untuk menyesuaikan
diri dengan situasi yang baru (Effendi, 1998).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkat menurut Bloom cit Notoatmodjo (2003), yaitu:
a. Tahu diartikan
sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke
dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan dan sebagainya.
b. Paham diartikan
sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui
dan dapat menginterpretasikan materi harus harus dapat menjelaskannya.
c. Aplikasi diartikan
sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi nyata.
d. Analisis adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen
tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih terkait satu
sama lain. Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian
di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
e. Evaluasi ini
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi.
Pengetahuan merupakan dasar konseptual dan rasional
terhadap metode pendekatan yang dipilih untuk mencapai tujuan keperawatan yang spesifik
dan tepat (Notoatmodjo, 2003).
6. Kerangka Teori
Menurut C.Linder, masih menjadi perdebatan kontroversi tentang
pengaruh faktor diet dan cara hidup tehadap terjadinya Hipertensi.
Bagan 2.1
faktor diet :
-
Terjadinya plak
aterosklerosis
-
Serat makanan
|
penyebab
hipertensi
1)
Makan tinggi garam
2)
Makanan yang diawetkan,
3)
Stress,
4)
Obesitas
5)
Rokok, kopi, dan minuman berakohol,
6)
Makanan yang bersifat panas, seperti daging kambing
dan durian,
7)
Faktor genetis (riwayat keluarga) dan usia.
8)
Pengetahuan
keluarga*
|
DIET
HIPERTENSI
|
Keterangan : (*) Variabel yang di
teliti
Sumber
: Prof. Dr. Kebo dan C. Linder
7.
Kerangka Konsep
Bagan 2.2
Kerangka Kosep
Variabel Independen variabel
dependen
pengetahuan keluarga
|
Diet
hipertensi pada lansia
|
8. Hipotesis
Ada hubungan pengetahuan keluarga terhadap diet hipertensi pada lansia di RT
12 Kelurahan Rawasari kota Jambi.
|
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan
penelitan
Jenis penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan ”cross
sectional” dimana data yang
menyangkut variabel independen dan variabel dependen di kumpulkan dalam waktu
yang bersamaan. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan tekhnik total
sampling (apabila responden kurang dari 100 lebih baik populasi di
ambil semua) (Ari Kunto, 2006 :136).
B. Subjek Penelitian
1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni
2012 di Kelurahan Rawasari RT 12.
2. Populasi
Populasinya adalah keseluruhan keluarga yang memiliki
lansia yang ada di Rt 12 Kelurahan Rawasari Jambi Tahun 2012. Sebanyak 38 orang keluarga yang memiliki lansia.
3. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 38 keluarga
yang memiliki lansia. Dengan karakteristik keluarga sebagai berikut :
a. Jenis
kelamin laki-laki / perempuan
b. Anggota
keluarga bersedia menjadi responden
c. Keluarga
mempunyai lansia
d. Keluarga
jujur dan terbuka
4.
Cara Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini cara pengambilan sampel menggunakan total sampling yaitu keseluruhan
populasi pada keluarga yang memiliki lansia di Kelurahan Rawasari RT 12 yang jumlah responden sebanyak 38 lansia untuk di
jadikan sampel yang akan di teiti. Apabila responden kurang dari 100 lebih baik
populasi di ambil semua (Ari Kunto, 2006 :136).
C. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang
digunakan dalam penelitian tentang hubungan
pengetahuan keluarga terhadap diet hipertensi pada lansia, yang menjadi Variabel Independen adalah
variabel bebas atau variabel yang bisa mempengaruhi, sedangkan variabel
dependen adalah variabel terikat atau yang bisa terpengaruh. Variabel
Independen yaitu tingkat pengetahuan
keluarga,
sedangkan pada Variabel Dependent yaitu diet hipertensi pada lansia.
D. Definsi Operasional
1) Dalam penelitian ini
yang dimaksud dengan pengetahuan keluarga adalah daya pengenalan diet
hipertensi pada lansia. Meliputi tujuan dari diet, kebutuhan protein,
karbohidrat, buah-buahan, sayuran serta bahan makanan penukar yang dianjurkan
dan makanan yang tidak diperbolehkan bagi penderita hipertensi. Skala
pengukuran pada variabel bebas ini adalah skala ordinal dengan menggunakan
kuesioner, dan kategori hasilnya pengetahuan penderita hipertensi tentang
dietnya baik dan tidak baik.
2) Diet hipertensi dalam
pengertian disini yaitu tindakan menjalani diet hipertensi dalam hal pembatasan
konsumsi garam, makanan berlemak, minum berakohol, serta peningkatan konsumsi
buah-buahan dan sayuran. Contoh : pengurangan konsumsi makanan yang berlemak
atau makanan pengawet. Skala pengukurannya adalah skala ordinal, dan kategori
hasilnya adalah pola makan sehat dan pola makan tidak sehat.
Bagan 3.1
Definisi Operasional
Variabel penelitian
Independent
|
Defenisi
operasional
|
Cara
ukur
|
Alat ukur
|
Skala
ukur
|
Hasil
ukur
|
Pengetahuan keluarga
|
daya pengenalan diet hipertensi pada lansia.
Meliputi tujuan dari diet,
kebutuhan protein, karbohidrat, buah-buahan, sayuran serta bahan makanan
penukar yang dianjurkan dan makanan yang tidak diperbolehkan bagi penderita hipertensi
|
Wawancara
|
Kuesioner
|
Ordinal
|
1. tidak baik jika jawaban < mean / median
2. baik jika jawaban ≥ mean / median
.
|
Diet Hipertensi
|
pengurangan
konsumsi natrium, tinggi serat, kolesterol, agar penurunan tekanan darah
lebih optimal. Yang dimaksud diet ini adalah memperbanyak konsumsi
buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan produk susu rendah lemak untuk
menurunkan tekanan darah.
|
Wawancara
|
Kuesioner
|
Ordinal
|
1.
tidak dilakukan jika
jawaban < mean / median
2.
dilakukan jika jawaban ≥ mean / median
|
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner,
wawancara secara langsung kepada keluarga yang memiliki lansia. Kuesioner
digunakan dengan pertanyaan terstruktur untuk melihat pengetahuan keluarga terhadap
diet hipertensi pada lansia yang dilihat berdasarkan wawancara dengan
kuesioner. Kuesiner penelitian ini telah dilakukan uji validitas dan reability,
dengan 10 keluarga yang memiliki lansia diluar wilayah Kelurahan Rawasari.
F. Pengumpulan Data
a. Data Primer
Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara kepada keluarga yang memiliki
lansia dengan menggunakan kuesioner
sebagai alat ukur. Dan hasil wawancara langsung di catat dalam kuesioner.
b. Data Sekunder
Pengumpulan data sebagai
data penunjang atau pelengkap yang di ambil dari dinas kesehatan
kota Jambi dan data kunjungan
rawat jalan di poliklinik umum di Puskesmas Rawasari serta
data dari kelurahan Rawasari.
G.
Pengolahan Data
Setelah data yang di
perlukan terkumpul, maka selanjutnya data tersebut diolah dengan tahapan sebagai berikut:
a.
Editing
Data yang terkumpul
diperiksa dan disusun urutannya serta di lihat apakah ada kesamaan dalam
pengisian dan bagaimana kosistensi jawabannya.
b.
Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi
data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan dari pengkodean adalah untuk
mempermudah analisis data dan mempercepat saat entry data. Hasil ukur untuk
pengetahuan keluarga terhadap diet
hipertensi di beri nilai sesuai jawaban responden terhadap kuisioner.
c. Scoring
Menetapkan
skor untuk setiap variabel atau pertanyaan
- Pengetahuan keluarga
Ø Pengetahuan Baik :
skor 2
Ø Pengetahuan Tidak
Baik : skor 1
d.
Entri data
Memasukan data data yang
telah dilakukan pengkodean dengan menggunakan komputer pada program data.
e. Cleaning
Setelah data masuk. Maka
selanjutnya dilakukan pengecekan data yang masuk sudah benar atau salah dengan
cara melibatkan variasi data dalam bentuk distribusi frekuensi melihat
konsistensi data.
H.
Analisis Data
Setelah data di olah menjadi suatu data yang di harapkan
(tepat dan konsisten) selanjutnya di lakukan analisa untuk menjawab pertanyaan
peneliti.
a. Analisa
univariat
Analisa
univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi variabel
independent dan variabel dependen.
Rumus yang di
gunakan :
P=
____F____ x 100 %
N
|
Ket : P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Respon
|
b. Analisa
bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independent dan variabel dependent
Uji statistik yang digunakan adalah uji X2 (uji chi-
square). Uji ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan
proporsi yang bermakna antara distribusi frekuensi yang di amati dengan di
harapkan dengan derajat kemaknaan 0,05.
Bila P-Value
,< 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna (Ho di tolak) sedangkan P-Value > 0,05 artinya tidak ada
hubungan yang bermakna (Ho diterima).